Jenderal Gatot: Hukum Terhadap Penista Agama Dihiraukan, Dimobilisasi Seolah Isu SARA






Umatuna.com - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta agar setiap kader Partai Golkar bisa berperan dalam menjaga keutuhan NKRI. Seperti menjaga diri untuk tidak ikut menyebarkan atau membuat isu yang dapat perpecahan bangsa.

Panglima juga mengajak kader partai Golkar untuk ikut memerangi isu disintegarasi yang belakangan bekembang di masyarakat.

"Saya mengajak semua untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Sudah saatnya hilangkan sikap saling menjelekkan, menyudutkan. Indonesia ini besar karena keberagamannya," ungkap Gatot di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan, Senin (22/5).

Gatot menggarisbawahi partai memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan. Terlebih presiden juga telah menginstruksikan seluruh elemen bangsa bersama-sama menghilangkan fitnah, saling menyudutkan, membuat berita-berita tidak benar yang membuat perpecahan.

Lebih lanjut, Gatot juga membeberkan jika negara lain mengambil peluang atas kegaduhan soal suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang terjadi di Indonesia. Isu SARA, kata dia, paling mudah dipakai untuk provokasi di Indonesia.

"Mereka (asing) mengambil peluang karena yang paling mungkin di Indonesia dengan cara SARA, yang paling mudah dengan cara agama melalui cara provokasi," kata Gatot.

Gatot pun dalam kesempatan terebut menyampaikan kekhawatirannya soal kondisi hukum yang seolah dihiraukan di Indonesia. Misalnya, soal penistaan agama. Penistaan agama merupakan pelanggaran hukum. Namun di tanah air, penistaan agama bergeser pada isu SARA. Media sosial berperan besar atas fenomena itu.

"Dimobilisasi seolah-olah isu SARA, bukan hukum lagi. Media sosial ini, bukan hanya dalam negeri ke luar negeri, ini mengadu domba," tuturnya.

Indonesia,menurut Gatot merupakan tempat strategis untuk perkembangan ekonomi dan hal itu diakui dunia bahwa Indonesia termasuk 'the winning region'. Sejumlah ancaman saat ini sedang menyerang Indonesia, di antaranya permasalahan kependudukan, energi, narkoba, terorisme, radikalisme, imigrasi, hingga media sosial.

Adapun soal ancaman media sosial, objek-objek yang dijajah seringkali tak menyadari bahwa dirinya dijajah.

"Dan masuk sampai ke relung-relung rumah tangga, enggak bisa Bapak, Ibu mencegah anak-anaknya enggak pakai HP," demikian Gatot. (rmol) [Ummatuna/Apikepol]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: