Luhut, Penolak Reklamasi Pakailah Studi, Jangan Kampungan








Polemik soal perlu-tidaknya reklamasi dilanjutkan, semakin keras saja. Sampai-sampai, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan minta agar kelompok yang anti tidak ngotot apalagi emosional.

Kepada wartawan di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Jumat (19/5/2017), Luhut bilang, menolak reklamasi itu, sikap menolak terhadap rekalamasi itu, sah-sah saja. Namun, harus bisa dijelaskan secara ilmiah landasannya.

Kata mantan Menko Polhukam ini, alasan penolakan rekalamasi harus ada kajian ilmiahnya. Sudah dilakukan studi yang menguatkan sikap tersebut.

Termasuk ide menjadikan pulau hasil reklamasi sebagai pelabuhan, atau fasilitas umum lainnya, harus ada studi akademiknya. "Enggak ada masalah mau dijadikan apa pun asal semua berangkatnya dari studi. Jadi jangan emosional melihat itu. Kita lihat saja studinya," kata Luhut.

Luhut bilang, berdasarkan kajian yang disusun sejak era Presiden Soeharto, proyek reklamasi sangatlah psotif. Sehingga pemerintah terus melanjutkannya. "Jangan emosional bilang begini, begitu, begini. Tidak usah. Tenang saja. Kalau memang itu tidak bagus, urusannya apa, tidak usah dilaksanakan," kata Luhut.

Selanjutnya dia meminta kepada para penolak reklamasi Teluk Jakarta, tidak hanya berperang statemen. Semisal, proyek reklamasi sebagai ajang mengeruk keuntungan pribadi.

"Jangan ada yang mengklaim bilang dibayar ini, dibayar sana. Tidak betul itu. Ada yang ngomong sudah kasih triliunan sana-sini, ya itu kampungan," kata Luhut.

Sebelumnya, Luhut bilangh, pemerintah pusat belum menemukan alasan yang cukup kuat guna menghentikan reklamasi Teluk Jakarta. Apalagi, berdasarkan kajian, terjadi penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta sebesar 8 hingga 23 centimeter per tahun.

Pernyataan Luhut ini bisa jadi mengarah kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Sejak kampanye Pilgub DKI, kedua pasangan itu getol menolak reklamasi. Alasannya, reklamasi hanya menguntungkan pengembang dan kelompok masyarakat tertentu.







[M.Bersatu/apik.apikepol.com]

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: