NEWS STORY: Menlu Irak Ternyata Pernah Peringatkan Indonesia soal PKI






Umatuna.com - KOMUNISME yang digencarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) bahkan sebelum Indonesia merdeka, terbukti acap jadi pengacau di negeri kita. Mulai dari pemberontakan PKI 1926, Kup Madiun Affair 1948 dan yang paling tak terlupakan, Gerakan 30 September-1 Oktober 1965 (G30S).

Sejak 1965 itu, eksistensi PKI sebagai partai yang sah di Indonesia dihapuskan sampai sekarang. Isu tentang PKI pun seolah tak pernah mati. Ada saja polemik yang dihubung-hubungkan dengan PKI oleh pihak tertentu.

Namun harap diketahui, bahwa sebenarnya sejak lama setidaknya 10 tahun sebelum peristiwa berdarah G30S/PKI, negara kita pernah diperingatkan tentang paham/ideologi asal Uni Soviet itu oleh seorang menteri luar negeri (menlu) dari Irak?

Disarikan dari buku ‘Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya’, Menlu Irak Fadil Jamali ikut hadir langsung dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 silam di Bandung. Tapi ada pertanyaan besar di benaknya tatkala baru landing di Bandara Kemayoran, Jakarta sebelum lanjut perjalanan ke Bandung.

Menlu Irak itu heran, kenapa sepanjang perjalanan dari bandara dia banyak melihat simbol-simbol palu arit, baik poster, spanduk, hingga bendera PKI. Heran kenapa RI yang presidennya (Ir Soekarno) seorang muslim, bisa membiarkan PKI ikut dalam pemilu.

Ya, kebetulan memang KAA (18-24 April) dan pemilu (legislatif 29 September dan konstituante 15 Desember) 1955 hampir berdekatan waktunya, hingga berbagai atribut partai-partai peserta pemilu, mewarnai Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

Menlu Fadil tak peduli dengan bendera lain. Yang jadi sorotan utamanya adalah berbagai atribut palu arit. Hal ini kemudian ditanyakan langsung oleh Menlu Fadil kepada koleganya Mr Mohammad Roem.

Dijelaskan oleh M Roem, bahwa meski Indonesia punya pemimpin muslim dan mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi pemerintahan demokratis tak mengekang partai berideologi apapun untuk ikut pemilu.

“Ya, tuan punya demokratis membikin partai komunis besar dan kelak, akan merebut kekuasaan pemerintah,” cetus Menlu Fadil memotong penjelasan M Roem.

“Saya di Irak, tidak memberi kesempatan sedikit pun pada gerakan komunis. Begitu kelihatan muncul, segera kita injak (seraya menyontohkan gerakan kaki menghentak ke tanah),” serunya lagi.

Peringatan ini datang satu dekade sebelum gerombolan pemuda rakyat dan oknum Resimen Tjakrabirawa yang berafiliasi dengan PKI, bikin kekacauan di Jakarta dan Yogyakarta dengan membantai sejumlah perwira teras TNI AD pada malam 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965. (okezone) [Ummatuna/Apikepol]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: