Budayawan Jawa: Marah-marah di Yogyakarta, Jokowi Wis Rampung!
GELORA.CO - Sikap Calon Presiden nomor utut 01 Joko Widodo yang "mengamuk" saat berpidato di Stadion Kridosono Yogyakarta pada Sabtu (23/3) lalu, menandakan kalau petahana sudah tidak pantas lagi menjadi seorang pemimpin.
Budayawan Jawa, Bambang Susanto Priyohadi menegaskan, seorang kesatria yang hendak menjadi pemimpin mestinya memahami tentang Hasta Brata yang terdiri 8 sifat alam.
"Salah satunya sifat bumi, dia akan menerima semua proses, bahkan cacing mati pun dia terima, tidak akan menolak," katanya dalam diskusi bertajuk "Pilpres 2019 Dalam Tinjauan Kosmologi dan Spiritualisme" di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (15/4).
Mahambeg Mring Kismo atau meniru sifat bumi, seperti halnya bumi, seorang pemimpin harus berusaha untuk setiap saat menjadi sumber kebutuhan hidup bagi siapa pun. Dia mengerti apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya dan memberikan kepada siapa saja tanpa pilih kasih. Meski selalu memberikan segalanya kepada rakyatnya, dia tidak menunjukkan sifat sombong atau angkuh.
Maka dari itu, lanjut dia, kemarahan Jokowi saat berkempanye di Yogyakarta menunjukkan kalau dia sudah tidak layak lagi menjadi seorang pemimpin.
"Kalau kasus kemarin (yang di Yogya), apa yang terjadi, kami mengatakan selesai. Wis rampung. Karena beliau sudah melanggar apa yang menjadi prinsip kosmologi," sebut Bambang Susanto Priyohadi.
Joko Widodo menumpahkan perasaannya saat menghadiri deklarasi "Alumni Jogja Satukan Indonesia" di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (23/3) lalu. Pada kesempatan itu, Jokowi dengan nada tinggi menunjukkan kemarahannya atas segala serangan yang dialamatkan selama ini kepada dirinya.
"Dijelek-jelekin saya juga diam. Dicela direndah-rendahkan saya juga diam. Dihujat, dihujat-hujat, dihina-hina saya juga diam. Tetapi hari ini di Yogya saya sampaikan saya akan lawan!" teriak Jokowi mengebu-gebu. [rm]