Jangan Nunggu Ada Yang Wafat, Kemudian Bertindak







Jangan Nunggu Ada Yang Wafat, Kemudian Bertindak

Opini Bangsa - Setelah aksi cor kaki yang dilakukan para petani Gunung Kendeng, Jawa Tengah, kini muncul aksi yang lebih serem: kubu diri. Aksi ini sudah dilakukan petani Telukjambe sejak Selasa (25/4) lalu di depan Istana. Sejumlah aktivis pun meminta Presiden Jokowi segera bertindak sebelum jatuh korban.

Kemarin, puluhan petani yang tergabung dalam Serikat Tani Telukjambe Bersatu (STTB) melanjutkan aksinya di depan Istana. Dalam aksi ini tujuh petani dikubur, dari kaki sampai lehernya, dalam peti mati berbentuk makam. Aksi kubur diri ini dilakukan untuk meminta Jokowi menyelesaikan konflik sengketa lahan yang terjadi di Kampung Cisadang, Telukjambe, Karawang Jawa Barat. Sekitar 300 warga ikut hadir dalam aksi ini.

Seperti diketahui, kesengsaraan petani ini dimulai saat Oktober lalu, lahan pertanian dan rumah mereka direbut oleh PT Pertiwi Lestari.

Para petani yang kecewa berduyun-duyun meninggalkan tanahnya yang digusur. Sebanyak 187 kepala keluarga mengungsi ke Jakarta. Mereka ditampung di tempat terpisah. Selama 34 hari, para petani menginap di kantor YLBHI serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (Kontras).

Koordinator aksi Haris Wiyono mengungkapkan aksi kubur tersebut bukan aksi menyakiti diri, melainkan sebuah upaya protes karena belum adanya respon mengenai tuntutan mereka.

Haris juga menambahkan, mereka sepantasnya mendapatkan hak atas tanah itu. Lantaran mereka sudah menggarap tanah tersebut selama puluhan tahun, ditambah lagi sudah banyak surat dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah seperti Surat Keterangan Desa (SKD), Surat Keterangan Tanah (SKT) bahwasanya tanah tersebut segera disertifikatkan dan didistribusikan terhadap petani.

"Justru yang terjadi merajalela dengan merusak lahan pertanian dan menggusur rumah, padahal sesuai peraturan perundang-undangan sudah gugur demi Hukum, surat Menteri Agraria tidak mereka anggap," tambah Haris.

Aksi ini terus dipantau oleh petugas medis dari Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Elis Ernawati petugas yang mengawasi aksi itu, berpendapat bahwa aksi kubur diri memiliki dampak yang lebih berbahaya daripada aksi menyemen kaki seperti yang sebelumnya dilakukan oleh para petani Kendeng saat memprotes pembangunan pabrik Semen di daerahnya. Ia khawatir, peserta aksi mengalami aspirasi karena makan dan minum dilakukan dalam posisi tidur.

Permasalahan lain yang perlu diperhatikan dalam aksi ini, menurut Elis, adalah kesemutan dan aliran darah yang tidak lancar karena peserta aksi dituntut tidak bergerak dalam waktu yang lama.

Dokter Pradipta Suarsyaf dari pelayanan medis Dompet Dhuafa menambahkan yang perlu diperhatikan dari peserta aksi adalah status dehidrasi karena aksi tersebut juga dilakukan di bawah terik cahaya matahari.

Direktur Satgas Advokasi Pemuda Muhammadiyah, Gufroni meminta Jokowi segera turun tangan memenuhi permintaan petani ini. Dia bilang, jangan sampai negara kalah oleh pemilik modal. Malah rekomendasi Komisi II DPR untuk menetapkan status quo dalam konflik agraria di Karawang ini ternyata tidak diindahkan atau dipatuhi oleh PT Pertiwi Lestari. "Perusahaan malah makin agresif meratakan tanah milik para petani dengan buldozer," kata Gufroni di lokasi, kemarin. [opinibangsa.id / rmol]

[apikepol.com]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: