Video Kampanye Jahat Ahok Dinilai Strategi Kasar untuk Menang
Umatuna.com, JAKARTA -- Video kampanye Basuki-Djarot bertemakan 'Beragam itu Basuki-Djarot' terus menuai kontroversi. Video tersebut dinilai mencoreng arti dan makna dalam keberagaman dan toleransi yang sudah berpuluh-puluh tahun tumbuh di Indonesia.
“Bagi saya konten video ini sangat bahaya karena sudah mengarah kepada manipulasi psikologis yang dalam politik modern sudah dimuseumkan. Karena dianggap sebagai strategi yang kasar untuk meraih kemenangan dalam kompetisi politik," kata Wakil Ketua Komite III DPD Fahira kepada Republika.co.id, Selasa (11/4).
Video kampanye yang berdurasi sekitar dua menitan tersebut, menampilkan adegan aksi atau demo dari sekelompok orang yang berpakaian baju koko, berpeci, yang membawa spanduk 'Ganyang Cina'.
Menurut Fahira, video kampanye tersebut tidak lebih dari sebuah bentuk kampanye yang menjual ketakutan, untuk mempengaruhi publik agar terpaksa memilih calon penyebar video tersebut.
"Ya sangat jelas kontennya penuh prasangka, menstigma, melabelisasi, dan menggeneralisasi suatu golongan keyakinan tertentu sebagai biang kerusuhan," tegas Fahira.
Ia berharap, masyarakat tidak terprovokasi dengan adanya video tersebut, dan tetap bisa menggunakan pikiran jernih. (republika) [Ummatuna/Apikepol]
“Bagi saya konten video ini sangat bahaya karena sudah mengarah kepada manipulasi psikologis yang dalam politik modern sudah dimuseumkan. Karena dianggap sebagai strategi yang kasar untuk meraih kemenangan dalam kompetisi politik," kata Wakil Ketua Komite III DPD Fahira kepada Republika.co.id, Selasa (11/4).
Video kampanye yang berdurasi sekitar dua menitan tersebut, menampilkan adegan aksi atau demo dari sekelompok orang yang berpakaian baju koko, berpeci, yang membawa spanduk 'Ganyang Cina'.
Menurut Fahira, video kampanye tersebut tidak lebih dari sebuah bentuk kampanye yang menjual ketakutan, untuk mempengaruhi publik agar terpaksa memilih calon penyebar video tersebut.
"Ya sangat jelas kontennya penuh prasangka, menstigma, melabelisasi, dan menggeneralisasi suatu golongan keyakinan tertentu sebagai biang kerusuhan," tegas Fahira.
Ia berharap, masyarakat tidak terprovokasi dengan adanya video tersebut, dan tetap bisa menggunakan pikiran jernih. (republika) [Ummatuna/Apikepol]