Dituduh PKI, Jokowi Emosi
Dituduh PKI, Jokowi Emosi
Opini Bangsa - Biasanya, Jokowi kalem, cuek dan santai menghadapi sesuatu atau saat berbicara sesuatu. Tapi, saat bicara soal PKI (Partai Komunis Indonesia), apalagi dia dan keluarganya dituduh bagian dari PKI, dia bener-bener emosi dan jengkel.
Dalam pertemuan sekitar satu jam itu, awalnya Jokowi membuka dialog dengan menceritakan apa yang sedang dikerjakannya dan apa hasilnya. Jokowi selalu bercerita soal ini, lantaran masyarakat harus mendapatkan informasi yang benar tentang pembangunan yang sedang dilakukan pemerintah. Jokowi bicara pembangunan pelabuhan, terkahir soal jalur trans Papua yang baru sepekan kemarin dikunjungi dan juga dijajal dengan sepeda motor trail.
Sehabis itu, Jokowi geser bercerita tentang pertumbuhan ekonomi yang dianggap sudah baik dan berbagai kemajuan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah.
Dari ekonomi, topiknya ganti ke politik. Khususnya soal Pilkada DKI. Jokowi bercerita, sudah beberapa kali bertemu dengan beberapa pemimpin negara, yang ternyata sebagian besar dari mereka banyak bertanya soal Pilgub DKI. Isu Pilgub DKI rupanya begitu menarik, padahal menurut Jokowi, Pilkada Jakarta itu hanya satu dari ratusan Pilkada di Indonesia.
Bicara ekonomi dan politik, Jokowi masih kalem. Emosi Jokowi mulai naik ketika bicara soal penegakan hukum. Terutama soal munculnya para pendemo. Jokowi menegaskan, tak ada larangan demo karena menyampaikan pendapat di muka umum sudah dijamin konstitusi. Hanya saja, demo harus sesuai aturan. Jangan melanggar. Soal ini, Jokowi sudah menginstruksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk melakukan langkah hukum kepada suara-suara yang memecah belah bangsa. Selama ada fakta dan bukti yang kuat. "(kalau perlu) gebuk, gebuk saja," ucapnya.
Kejengkelan Jokowi makin kentara saat bicara soal isu kemunculan PKI. Dia kesal karena isu itu terus dikaitkan dengannya, bahkan sampai keluarganya. Ini sudah terjadi sejak masa kampanye Pilpres 2014. Salah satu tuduhan itu misalnya termuat dalam buku berjudul Jokowi Undercover. "Saya dilantik jadi Presiden yang saya pegang konstitusi, kehendak rakyat. Bukan yang lain-lain. Misalnya PKI nongol, gebuk saja. TAP MPR jelas soal larangan itu. Apalagi mengaitkan dengan saya. PKI dibubarkan itu saya baru berumur 4 tahun. Orang tua lah dituduh macem-macem," tegasnya. "Maaf terakhirnya kok jadi agak emosional. Jengkel soalnya," kata Jokowi, menutup pengantar.
Dalam sesi tanya jawab, berbagai pertanyaan muncul. Misalnya, ada yang menanyakan kenapa Jokowi menggunakan kata "gebuk" untuk para pendemo. Soalnya, kata tersebut populer karena kerap digunakan di era Presiden Soeharto terhadap para lawan politiknya. Soal itu, Jokowi bilang karena dirinya sudah benar-benar jengkel dengan berbagai perdebatan yang terjadi saat ini. Sebagai negara demokrasi dan negara hukum, sebaiknya para pendemo tetap berada di koridor itu.
"Kalau ada yang keluar dari koridor itu istilah yang tepat adalah gebuk, kalau pakai istilah jewer nanti dibilang Presiden nggak tegas," ujarnya, sambil mewanti-wanti proses penegakan hukum harus sesuai etika dan moral.
Jokowi juga menyesalkan energi bangsa ini tersita habis memperdebatkan masalah yang tidak penting dan melakukan demontrasi yang tidak perlu. Padahal negara lain saat ini sedang sibuk bergerak untuk terus melakukan inovasi teknologi. China, misalnya, memiliki Jack Ma, bos Alibaba, yang melakukan inovasi e-commerce. Di Amerika Serikat, ada Elon Musk yang dengan perusahaan luar angkasa SpaceX berencana memindahkan manusia ke Planet Mars. "Orang lain sudah bahas urusan luar angkasa, bicara mobil fantasi masa depan, SpaceX, kita urusan cantrang tidak rampung-rampung. Yang lain sudah bicara soal inovasi smartphone, kita masih demo, fitnah, tidak selesai-selesai," kata Jokowi.
Di akhir sambutan sebelum makan siang, Jokowi meminta media ikut berperan untuk tidak menyebarkan kebencian dan perpecahan. Alangkah baiknya bila media memberitakan semangat rakyat di berbagai daerah. Jokowi mencontohkan ada petani di sebuah desa yang belajar dari YouTube. Hal-hal semacam itu, menurut dia, bila diberitakan akan menumbuhkan semangat kebangsaan. "Sudah 8 bulan kita terjebak framing, hanya bicara begini terus, berulang-ulang. Kita habis energi untuk hal-hal yang tidak perlu," pungkasnya. [opinibangsa.id / rmol]
[apikepol.com]