Rizal Ramli: Penyelamatan Bank Tak Perlu Uang, Semua Dibohongin Sri Mulyani di Kasus Century







Rizal Ramli: Penyelamatan Bank Tak Perlu Uang, Semua Dibohongin Sri Mulyani di Kasus Century

Opini Bangsa - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mewanti-wanti terjadinya krisis keuangan di sektor keuangan Indonesia yang sangat rentan. Apalagi jika itu ditimbulkan bank gagal, seperti kasus Bank Century tahun 2008 lalu.

Menurut Rizal, regulator dunia perbankan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia, harus ekstra hati-hati terhadap sistem keuangan. “Karena kasus seperti Bank Century itu harus menjadi pelajaran yang berarti,” jelas Rizal, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (31/5).

Saat itu, dengan adanya kasus Bank Century, negara menggelontorkan dana mencapai Rp6,7 triliun. Padahal, dari pengalaman Rizal, tak perlu dana besar untuk menyelamatkan bank gagal.

“Pada waktu tahun 2000 lalu, bank BII nyaris kolap. Karena duit semua ditarik naik. Bank BII ini besarnya 8-10 kali dari Bank Century. Tapi kami selamatkan tanpa uang sepeser pun,” jelas Rizal.

Menurut dia, kasus BII ini terjadi karena hilangnya kepercayaan nasabah, sehingga terjadi rush. Setiap hari nasabah tarik dananya hingga Rp700 miliar. Dan pemiliknya ketakutan karena bank itu diambang kebangkrutan.

“Di situ memang enggak ada trust. Makanya kemudian, kami panggil direksi Bank Mandiri dan kita take over BII, supaya kita punya payung yang confidence. Tetapi tak boleh ada transaksi seperak pun. Itu di belakangnya ada negara. Jadi nasabah yakin tak mungkin bank itu colaps. Akhirnya dalam enam minggu dana nasabah kembali,” jelas dia.

Makanya, dia sangat menyayangkan dalam kasus bail out Bank Century keluar dana negara hingga Rp6,7 triliun.

“Padahal, menyelamatkan bank itu tak perlu uang. Dan BII itu 10 kali dari Bank Century. Kalau saya lihat Century itu ecek-ecek dan kita semua sudah dikibulin oleh Sri Mulyani. Apalagi uang itu dipakai untuk lain-lain. Jangan sampai ini terulang,” tandas Rizal.

Untuk itu dalam konteks kepemimpinan OJK, dia mengingatkan, ke depannya harus independen dalam arti yang sesungguhnya.

“Bukan berarti anggota dari geng Sri Mulyani. Tapi itu yang terjadi. Makanya saya aneh, kalau Panitia Seleksi (Pansel) itu isinya menteri (Menkeu dan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution). Padahal di negara lain, bukan diisi menteri tapi orang yang independen,” jelas dia. [opinibangsa.id / akt]

[apikepol.com]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: