Tiongkok Sepakat Untuk Investasi di 3 Proyek Besar Indonesia
Menko Perekonomian Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa Tiongkok tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia, tepatnya berada di Bitung, Kalimantan Utara. Proyek-proyek yang disepakati meliputi lapangan terbang, industrial estate, property, dan tourist destination.
Kesepakatan tersebut terjadi saat Luhut mendampingi Presiden Joko Widodo berkunjung ke Tiongkok beberapa hari yang lalu dalam rangka menghadiri konferensi OBOR (On Belt and Road Inniciative) antara Indonesia dengan Tiongkok. Dimana dalam acara tersebut dihadiri oleh 29 Kepala Negara, ada juga dari WB dan IMF. Yang jadi topik utama adalah sinergi antara kebijaksanaan hubungan antara masyarakat dan infrastruktur.
"Kita menawarkan tiga area yang terintegrasi, proyek itu adalah di Bitung. Bitung itu terintegrasi ada toll road nya, jalan kereta api, lapangan terbang, pelabuhan, listrik, dan properti area. Lapangan terbang diperlukan untuk Internasional karena Manado tidak bisa lebih dari 2800 m lagi," ujarnya di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat, Selasa (23/5).
"Turis Tiongkok naik 1200% dan hotel dan restoran kewalahan. Kalau bitung jadi, jalan KA bisa sampai ke Gorontalo. Jadi satu area akan jadi satu kawasan sendiri, dan dari sana hubungannya akan kita buat nanti turis ke tempat lain. Misalnya ke Bunaken, dan ke selatan pulau Wakatobi. Jadi banyak lagi. Dari situ bisa juga ke Bali dan Toraja," terangnya.
Di sisi lain, terdapat pula proyek di Kalimantan Utara (Kaltara) yang mana nantinya akan dibangun smelter dan industrial part.
"Di Kaltara ada potensi listrik 7.200 MW, kita mau bikin sekalian smelter dan industrial part di situ. Bisa sampai buat turunannya seperti aluminium dan nikel. Saya sudah ketemua di OBOR, saya tinggal lagi 1,5 hari di Beijing. Dan saya ketemu Citix (perusahaan no 5 di dunia), mereka bersedia mengorganisir masuk kesana karena mereka ada pengalaman di hidropower," terangnya.
Proyek yang ketiga ada di Sumatera Utara (Sumut) yang dimulai infrastruktur dari KUala Tanjung, Parapat, sampai Sibolga. Dan juga jalan terintegrasi ke Pekanbaru dan Duri Dumai. Dalam proyek ini akan memakai skema B to B (Bussiness to Bussiness).
"Di samping itu semua, kami juga minta China Construction Company, perusahaan yang besar juga akan konsorsium yang ngatur itu. Polanya hampir sama seperti investasi CHina di Morowali di mana itu b to b. Sehingga tidak akan memengaruhi rasio utang, kita akan pertahankan rasio utang di bawah 3% dari GDP. Pemerintah nyiapin tanahnya, tax holiday," cetusnya.
"Mereka sepakat mereka tertarik melakukan investasi disitu. Tinggal bagaimana kita melihat term yang mereka tawarkan. Jadi kita nggak mau dong mereka yang dikte. Saya tegaskan, tidak ada uang yang macam-macam disitu," pungkasnya.
[M.Bersatu/apik.apikepol.com]
“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i]