Yes Muslim - Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat dan ribuan umat Islam, pagi ini, Minggu (25/6) menunaikan sholat Idul Fitri di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon.
Setelah sholat, Sultan dan kerabatnya kemudian langsung menuju Siti Inggil yang keberadaannya di kompleks Keraton Kasepuhan. Mereka menyaksikan gamelan sekaten yang mulai ditabuh oleh para nayaga.
Penabuhan gamelan yang berasal dari Demak dan sudah berusia 600 tahun itu memang menjadi tradisi yang dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni setelah sholat Idul Adha dan Idul Fitri.
Tradisi tersebut bahkan telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sango yang menyebarkan Islam di Jawa Barat sekaligus penguasa Kesultanan Cirebon di masa silam.
Kala itu, Sunan Gunung Jati menjadikan gamelan sekaten sebagai media penyebaran Islam kepada masyarakat. Cucu Prabu Siliwangi tersebut biasa menabuh gamelan sekaten itu pada waktu ada keramaian, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
Masyarakat yang menyaksikan penabuhan gamelan tersebut diharuskan membayarnya. Namun, pembayaran tersebut tidak dengan uang, melainkan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Karena itulah, gamelan itu disebut gamelan sekaten, yang berasal dari kata syahadatain (dua kalimat syahadat),” kata Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !
[Yess/Apikepol]
“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i] Gamelan Sekaten, Sebarkan Islam di Nusantara Tanpa Pedang ala Sunan Gunung Jati YES MUSLIM
Membicarakan Nikmat Allah termasuk Syukur Nikmat sedangkan melupakan/mengingkarinya merupakan kufur Nikmat (HR. Ahmad)
loading...