Duh... PKB Usulkan Afi Nihaya Jadi Duta Pancasila, Bagaimana Pendapatmu?
Umatuna.com, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengusulkan agar remaja asal Banyuwangi, Jawa Timur, Asa Firda Inayah atau yang lebih populer dengan nama anagram Afi Nihaya Faradisa (19 tahun), menjadi Duta Pancasila.
Muhaimin mengatakan pemerintah perlu memunculkan tokoh-tokoh muda yang terus tampil menjadi suara-suara Pancasila. Ia pun mengapresiasi pemikiran gadis 19 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur yang beberapa pekan terakhir sedang menjadi bahan perbincangan warganet ini.
Asa Firda Nihaya belakangan ini populer setelah artikel-artikelnya di akun media sosial Facebook viral. Artikelnya yang berjudul "Warisan" menjadi bahan perdebatan, menuai kritik, kecaman, ancaman, sekaligus pujian.
Cak Imin, sapaan akrabnya, mengatakan tulisan-tulisan dari anak muda seperti Afi harus menjadi bagian dari membumikan Pancasila. "Saya mengusulkan Afi ini menjadi duta Pancasila resmi yang diusung oleh MPR maupun pemerintah," ujar dia usai Gerakan Membumikan Pancasila di Graha Gus Dur, Jakarta Pusat, pada Rabu (31/5).
Menurut Cak Imin, Pancasila adalah titik. Ia mengakui ada banyak pandangan yang berkembang tentang Pancasila. Sebagian orang menganggap Pancasila sebagai ideologi utopis yang terlalu ideal untuk bisa dibumikan. Sebagian yang lain menganggapnya hanya satu paket tatanan nilai atau moral yang tidak cukup kokoh.
Kendati demikian, Cak Imin berpendapat, gugatan-gugatan itu tak pernah sanggup menyertakan alternatif ideologi yang tepat sebagai pengganti. Dia pun berpendapat Soekarno dan para bapak bangsa lainnya dalam sidang BPUPKI sudah merumuskan ideologi ini masak-masak.
Dia menjelaskan kemunculan gugatan terhadap relevansi Pancasila sesungguhnya adalah manifestasi otokritik terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang bernegara. "Otokritik karena belum sanggup membangun sistem yang memastikan keadilan sosial dan hukum berjalan," kata Cak Imin.
Ia menyadari polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat menjadi konsekuensi tidak terelakkan dari proses demokrasi. Untuk membuat Pancasila menjadi relevan, Cak Imin mengatakan perlu adanya keadilan dalam bidang ekonomi dan hukum. Dia menambahkan ini hanya mungkin jika Indonesia mampu memgelola sumber daya alam dan manusianya secara mandiri dan profesional. Sumber: Republika [Ummatuna/Apikepol]
Muhaimin mengatakan pemerintah perlu memunculkan tokoh-tokoh muda yang terus tampil menjadi suara-suara Pancasila. Ia pun mengapresiasi pemikiran gadis 19 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur yang beberapa pekan terakhir sedang menjadi bahan perbincangan warganet ini.
Asa Firda Nihaya belakangan ini populer setelah artikel-artikelnya di akun media sosial Facebook viral. Artikelnya yang berjudul "Warisan" menjadi bahan perdebatan, menuai kritik, kecaman, ancaman, sekaligus pujian.
Cak Imin, sapaan akrabnya, mengatakan tulisan-tulisan dari anak muda seperti Afi harus menjadi bagian dari membumikan Pancasila. "Saya mengusulkan Afi ini menjadi duta Pancasila resmi yang diusung oleh MPR maupun pemerintah," ujar dia usai Gerakan Membumikan Pancasila di Graha Gus Dur, Jakarta Pusat, pada Rabu (31/5).
Menurut Cak Imin, Pancasila adalah titik. Ia mengakui ada banyak pandangan yang berkembang tentang Pancasila. Sebagian orang menganggap Pancasila sebagai ideologi utopis yang terlalu ideal untuk bisa dibumikan. Sebagian yang lain menganggapnya hanya satu paket tatanan nilai atau moral yang tidak cukup kokoh.
Kendati demikian, Cak Imin berpendapat, gugatan-gugatan itu tak pernah sanggup menyertakan alternatif ideologi yang tepat sebagai pengganti. Dia pun berpendapat Soekarno dan para bapak bangsa lainnya dalam sidang BPUPKI sudah merumuskan ideologi ini masak-masak.
Dia menjelaskan kemunculan gugatan terhadap relevansi Pancasila sesungguhnya adalah manifestasi otokritik terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang bernegara. "Otokritik karena belum sanggup membangun sistem yang memastikan keadilan sosial dan hukum berjalan," kata Cak Imin.
Ia menyadari polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat menjadi konsekuensi tidak terelakkan dari proses demokrasi. Untuk membuat Pancasila menjadi relevan, Cak Imin mengatakan perlu adanya keadilan dalam bidang ekonomi dan hukum. Dia menambahkan ini hanya mungkin jika Indonesia mampu memgelola sumber daya alam dan manusianya secara mandiri dan profesional. Sumber: Republika [Ummatuna/Apikepol]