Indonesia Darurat Narkoba, 6 Juta Orang Jadi Pecandu






Umatuna.com, JAKARTA – Penangkapan sejumlah selebritis oleh Polri atas penyalahgunaan narkoba menunjukkan bahwa Indonesia saat ini dalam darurat narkoba.

Sebelumnya, beberapa waktu lalu Polri berhasil menggagalkan upaya penyelundupan satu ton sabu oleh empat warga negara asing asal Taiwan di pantai Anyer, Serang Banten,

Badan Narkotika Nasional (BNN) mengatakan, saat ini masyarakat yang masuk dalam fase ketergantungan narkoba hampir mencapai 6 juta orang. Angka ini belum termasuk pengguna ganda baik pengedar maupun masyarakat yang masih coba-coba.

Deputi Pencegahan BNN Irjen Ali Djohardi Wirogioto mengatakan, dalam penelitian yang dilakukan pihaknya bersama Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) Depok, hampir 6 juta masyarakat aktif masuk dalam jeratan narkotika berbagai jenis. Ditambah lagi rentan usia pengguna narkoba semakin meluas.

“Seperti hasil penelitian antara BNN dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI sudah hampir menyetuh angka 6 juta, itu masuk dalam data tingkat ketergantungan narkotika,” kata Ali Djohardi dalam diskusi live streaming ‘Redbons: Antara Selebriti, Narkoba & Jerat Jaringan’ di Kantor Redaksi Okezone Gedung MNC News Center Lantai 12, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2017).

Akibat banyaknya pengguna terlebih pecandu narkoba, kata Ali, mengakibatkan bandar maupun mengedar narkoba semakin banyak memasukkan barang haram itu ke Tanah Air. Sehingga petugas BNN maupun polisi harus bekerja ekstra untuk membendung masuknya narkoba.

“Seharusnya bonus demografi yang mengalami usia produktif harus diberdayakan. Tapi kalau sudah diracuni narkoba, bisa menghancurkan generasi,” ujar Ali.

Selama ini, lanjut Ali, penggunaan narkotika di Indonesia merupakan terbesar di tingkat Asia. Bahkan dari penelusuran BNN, konsumen menggunakan seluruh 65 jenis narkotika. Padahal jika dibandingkan negara lain, hanya mengonsumsi 5 hingg 6 jenis narkoba saja.

Di tempat berbeda, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, penyelundupan sabu seberat 1 ton asal Taiwan menunjukkan bahwa Indonesia masih lemah dari segi aturan, dan tindakan terhadap para bandar sehingga mereka berbondong-bondong menjajakan barangnya ke Indonesia.

"Selain memang potensial market, kita mungkin dianggap lemah untuk bertindak, hukum kita dianggap lemah, sehingga mereka merajalela di Indonesia," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.

Oleh karena itu, dia menegaskan, akan menjalin kerjasama dengan sejumlah instansi untuk memperkuat sistem pengamanan khususnya di daerah perbatasan yang rawan dijadikan pintu gerbang penyelundupan barang ilegal.

Tito berjanji akan menindak tegas dan menembak mati para bandar narkoba khususnya WNA yang berani coba-coba menyelundupkan barangnya ke wilayah Indonesia.

"Bahkan saya sudah sampaikan (kepada anak buah) selesaikan secara adat, artinya kalau melawan tembak. Dalam kasus ini (satu ton sabu) satu orang tertembak mati warga negara Taiwan," pungkasnya. Sumber: Okezone [Ummatuna/Apikepol]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: