Gandeng Tangan se-Indonesia demi Prabowo-Sandi
GELORA.CO - JIKA tidak ada halangan, besok siang usai solat Jumat, puluhan kelompok relawan pendukung calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo-Sandi akan menggelar acara bergandengan tangan.
Acara untuk mengukir sejarah rekor gandeng tangan terpanjang se-Indonesia dan se-dunia itu dimulai pukul 13.00-15.00 WIB, mengambil tempat di Tugu Ireng, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Acara 'heboh' tersebut semakin mempertegas bahwa Jawa Tengah adalah salah satu provinsi terpenting yang harus direbut dari tangan PDI Perjuangan--penyokong utama pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Sebelumnya, 11 Januari 2019 Markas Besar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi didirikan di Jalan Letjen Suprapto, RT 3 RW 8 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Jarak Markas Besar BPN dengan rumah Presiden Jokowi hanya sekitar 300 meter.
Selama ini Jawa Tengah (Jateng) dikenal sebagai "kandang banteng" (PDI Perjuangan).
Jargon ini tampaknya pas karena berdasarkan hasil pemilu 2014, PDI Perjuangan adalah parpol peraih suara terbanyak dengan 31 kursi DPRD, sementara parpol yang lain di bawah 14 kursi.
Karena predikat seperti itu, kekalahan di Jateng bisa berdampak luas terhadap daerah-daerah lain. "The fell of Jawa Tengah will be fall of Indonesia. Jika Jokowi kalah di Jateng, maka kalah di Pilpres," kata Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, di Kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Semarang, 14 September 2018, seperti dikutip dari detik.com.
Sebenarnya, suara PDI Perjuangan mulai terancam di Jateng. Dasarnya adalah hasil Pilgub Jateng Juli 2018. Pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin yang diusung PDI Perjuangan plus Partai Demokrat hanya memperoleh 58,78% dengan perolehan 10.362.694 suara. Sementara itu, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Partai Gerindra, PKS, dan PAN memperoleh 41,22% dengan perolehan 7.267.993 suara.
Hasil itu tentu saja sangat mengagetkan. Sebab, dari sejumlah survei sebelum pencoblosan, pasangan Sudirman-Ida tidak pernah melebihi 20%. Wilayah seperti Brebes, Tegal, dan Wonosobo yang sebelumnya dominan dikuasai Ganjar Pranowo-Taj Yasin tergerus. Bahkan, wilayah yang menjadi benteng PDI Perjuangan, seperti Surakarta, mulai dibayangi oleh penguasaan Sudirman-Ida.
Kemenangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin atas Sudirman-Ida yang hanya selisih sekitar 3 juta suara pun sempat diperdebatkan. Sebab, tim advokasi Sudirman-Ida menemukan sejumlah dugaan kecurangan. Misalnya, dugaan pelanggaran pada hari pencoblosan. Berdasarkan laporan saksi-saksi di tempat pemungutan suara, mereka banyak menemukan pemilih sudah pindah tapi tak dicoret. Lalu ada juga pemilih yang tak mengisi daftar hadir.
Tim adovokasi pasangan Sudirman-Ida juga menemukan pemilih terdaftar tak mendapat undangan C6, ketidaknetralan PNS camat, maraknya money politic di beberapa daerah, serta saksi-saksi yang tidak bisa masuk TPS.
Kejanggalan dugaan kecurangan lain juga ditemukan ribuan surat suara yang sudah bertanda coblosan atau lingkaran kecil untuk pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Menurut tim advokasi, meski KPU sudah membakar surat suara itu, namun kecurigaan juga terjadi di daerah lain.
Terlepas dugaan kecurangan tersebut, yang jelas kemenangan tipis pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin yang diusung PDI Perjuangan menggambarkan masyarakat Jateng menginginkan adanya perubahan di daerahnya. Kondisi ini pun semakin terlihat saat Koordinator Pemenangan Prabowo-Sandi (PADI) Wilayah Jateng, Sudirman Said menemui berbagai lapisan masyarakat di kota dan pelosok di Jateng. Itulah sebabnya, Sudirman merasa yakin, pasangan Prabowo-Sandi akan memperoleh suara pada Pilpres 2019 melebihi perolehan suaranya di Pilgub Jateng 2018.
"Jika di Pilgub perolehan suara saya dan Mba Ida (Ida Fauziyah) sekitar 42%, Pilpres nanti Insha Allah lebih dari itu. Di Jawa Tengah perolehan suara Prabowo-Sandi Insha Allah lebih dari 50%," kata Sudirman beberapa waktu lalu.
Kita lihat saja tanggal 17 April nanti. [IN]