Membaca Manuver Klinis KPK



Oleh: Asyari Usman*

Tidak begitu aneh. Tapi, sangat provokatif dalam pengertian positif. Itulah spanduk besar yang menjuntai di dinding markas KPK di bilangan Kuningan, Jakarta.

Spanduk itu berbunyi, “Pilih yang Jujur”. Ukurannya sangat besar. Paling tidak 20×20 meter.

Pesan singkat ini sangat transparan dalam makna. Lugas dalam interpretasi. Presisi dalam bidik. Lantang dalam pekik.



Inilah, mungkin, manual atau panduan memilih yang paling singkat di dunia.

Tapi, siapakah gerangan “yang jujur” itu? Dan, kebalikannya, siapa pula “yang tak jujur”?

Dalam konteks pilpres dan pileg yang sedang berprolog selama lima bulan ini, predikat “yang jujur” menurut KPK itu sangat jelas. Tidak ambiguitas. Sebab, ketika slogan “Pilih yang Jujur” itu dibuat dan disosialisasikan, otomatis akan ada slogan lain yang sifatnya kausalitas dan komplementer. Yaitu, “Jangan Pilih yang Tak Jujur”.



Nah, di sinilah letak kecerdasan KPK. Mereka tidak menggunakan slogan “Jangan Pilih yang Tak Jujur” itu, bukan hanya karena kalimatnya panjang. Tetapi ada aspek lain yang sifatnya politis. Dalam arti bahwa KPK sedang melakukan operasi klinis dengan pasien “orang-orang yang tak jujur”. Alias para koruptor. Lugasnya, KPK sedang memamerkan spesimen orang yang tak jujur itu.

Tentu sangat riskan untuk membahas terlalu jauh tentang siapakah orang-orang yang tak jujur tsb. Konstituen mereka berpotensi tersinggung. Sebab, operasi klinis KPK belakangan ini memberikan isyarat yang jelas tentang siapa-siapakah orang yang tak jujur itu, dan di mana mereka bermukim atau berkubu.

Sebagai contoh, para aktor drama OTT KPK baru-baru ini digunjingkan dan dikaitakan dengan kubu penguasa. Di sini, KPK ingin menghindarkan tudingan ikut berpolitik. Tetapi, badan antikorupsi ini merasa punya kewajiban moral untuk mencegah kontinuitas dari sistem yang selama bertahun-tahun ini menyediakan armosfir yang kondusif bagi para pelaku korupsi.

Dengan memakai slogan pendek “Pilih yang Jujur”, KPK mendapatkan beberapa maslahat. Pertama, lembaga antikorupsi itu menampilkan ‘netralitas’-nya di tengah kontestasi pemilu yang sangat sensitif sekarang ini. Kedua, KPK bisa memberikan arahan yang sangat krusial kepada publik agar ikut menyingkirkan para caleg yang berpotensi besar menjadi koruptor. Dan ketiga, slogan pendek itu menyelipkan pesan bahwa ada banyak caleg yang bisa diprediksi berlaku jujur.

Begitulah KPK bermanuver. Manuver yang sangat klinis. Misi pemberantasan dan pencegahan korupsi harus jalan secara efektif. Diusahakan agar semua elemen, sedapat mungkin, tidak merasa “tertunjuk hidung”. Tetapi, pada saat yang sama, masyarakat paham bahwa manuver KPK itu memang bertujuan “tunjuk hidung”.

Jadi, silakan Anda kenali dan catat hidung-hidung yang “tidak jujur itu”. Agar kita semua mendukung misi “Pilih yang Jujur”. Wallahu a’lam (*)

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :