UAS dan Tiga Ulama Kasyaf
Oleh: Edy A Effendy
Menang kalah itu semua bersandar pada kehendak Allah. Ada yang menarik ketika UAS bicara ke Pak @prabowo soal ulama kasyaf. Ada tiga ulama kasyaf yang diberikan contoh UAS. Semuanya membisikan nama Prabowo. Ulama kasyaf itu ulama yang mampu memandang sisi batin.
Ulama yang diberi Allah pandangan tajam, tembus pandang. Ia mampu menembus batas pandangan mata lahir. Ulama seperti ini, “diberi” Allah karena perjalanannya yang panjang dalam laku dzikir dan wirid. Apakah setiap ulama bisa punya pandangan kasyaf? Tak semua.
Saya tak heran ketika UAS bertemu orang yang tak mau makan dari beras yang diperjual belikan dan tak minum kecuali dari sumber mata air yang digali. Orang yang diberi pandangan tembus pandang ini, kasyaf, lakunya memang “aneh” jika dillihat dari kaca mata orang awam.
Prinsip dasar, ulama kasyaf ini geraknya dituntun gerak Allah. Segala laku lampah kehidupannya atas tuntunan-Nya. Jadi ketika dia berkata, itu perkataan yang lahir dari perkataan Allah. Mereka bisa bekomunikasi dengan Allah dan Baginda Nabi
Ulama kasyaf inilah, para pejalan sunyi. Para salik yang selalu mencari suluk dalam membingkai hidup dan kehidupannya. Setiap tarian hidupnya adalah “tarian” Allah. Mereka menjalani laku tasawuf sebagai cara membersihkan hati dan jiwa.
Syeikh Abdul Qadir Jaelani berkata tanpa ilmu lahir dan batin, seseorang tidak dapat “terbang menuju” Allah. Karena dua ilmu itu laksana dua sayap yang tak kan sempurna tanpa berpasangan. Tiga ulama kasyaf yang dicontohkan UAS, melihat fenoma lahir dengan pendekatan batin.
UAS sebagai ulama sudah menjadi jembatan pandangan batin tiga ulama kasyaf yang ditemuinya dan ketiganya menitipkan pesan agar UAS menyampaikan amanat batin ke Pak @prabowo. Menang atau kalah, itu soal lain. Tapi UAS sudah bertindak benar. (*)