Suruh Rakyat Bunuh-Bunuhan, Permadi Digarap Polisi
GELORA.CO - Video anggota Mejelis Kehormatan Partai Gerindra, Permadi yang viral di media sosial berujung pidana. Pasalnya, dalam video tersebut, Permadi menyarankan rakyat Indonesia bunuh-bunuhan agar Prabowo Subianto menang.
Salah satu pengacara bernama Fajri Safi’i melaporkan politikus Gerindra itu ke Polda Metro Jaya soal pernyataan revolusinya itu.
Namun polisi menilai, tanpa melapor pun, video Permadi sudah bisa diusut. Sebab, video tersebut telah mengandung unsur pidana. Polisi sudah menemukan pelanggaran hukum dalam vidio tersebut.
“Jadi kita nggak perlu buat laporan polisi (LP) karena sudah ada dibuat oleh Tim Cyber dan nanti kita akan dipanggil sebagai saksi,” kata Fajri usai melayangkan laporan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis Malam (9/5).
Menurut Fajri, polisi menduga vidio tersebut sudah mengandung unsur pidana. Hanya saja polisi tidak mempunyai bukti cukup untuk melakukan proses penyelidikan.
Karena itu, polisi langsung membuat LP A. Pasalnya dalam kasus ini polisi sendiri langsung akan menyelidikinya tanpa menunggu laporan dari pihak lain.
“Ternyata sudah ada laporan polisi. Nah itu LP nya LP A. Kalau LP A itu polisi yamg buat laporan sendiri, temuan polisi,” tutur Fajri.
Sebelumnya, video anggota Mejelis Kehormatan Partai Gerindra, Permadi, membuat heboh publik media sosial.
Dalam video berdurasi 8 menit 12 detik itu, tampak Permadi berada di sebuah ruangan yang cukup besar.
Di tengah ruangan, tampak meja besar dan memanjang dengan orang-orang yang duduk mengisi seluruh kursi.
Dalam vidionya itu, mantan anak buah Megawati Soekarnoputri itu meminta agar pendukung Prabowo-Sandi jangan mengikuti jalur konstitusi dalam menanggapi hasil Pilpres 2019.
Bahkan Permadi menilai bahwa jalan konstitusi terkait penyelesaian Pilpres 2019, dianggapnya bukan jalan keluar, kecuali dengan revolusi.
“Ada yang ingin ikut konstitusi. Sudah saya katakan, rubahlah keputusan itu,” tekan dia.
Menurutnya, saat ini tidak ada jalan lain lagi selain revolusi. Karena itu, rakyat harus berani berkorban.
“Jangan menghitung korban, korban pasti besar. Kalau tidak berani korban, mundur saja,” tegasnya.[psid]