ACTA: Jangan Ada Yang Intimidasi Peserta Tamasya Al-Maidah
Umatuna.com - Pembina Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), Habiburohman mendukung adanya gerakan Tamasya Al Maidah yang akan berlangsung pada hari pencoblosan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
Menurutnya, langkah tersebut merupakan cara untuk mengawal proses pencobolosan dari upaya kecurangan yang dilakukan oknum tertentu.
"Tamasya Al Madiah itu hanya datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk mengawasi jalannya pencoblosan. Menurut saya itu tidak ada yang salah ya. Sepanjang tidak ada anjuran yang melanggar hukum, tidak ada masalah," ujarnya saat ditemui seusai deklarasi tim reaksi cepat ACTA di Hotel Ibis, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4).
Politisi Partai Gerindra itu juga menghimbau agar pihak keamanan dan penyelenggara pemilu tidak melakukan intimidasi terhadap gerakan yang tidak melawan hukum. Terlebih gerakan tersebut dituding sebagai upaya provokasi. Menurutnya gerakan tamasya Al Maidah jauh dari kata provokasi.
"Provokasi itu ajakan untuk melakukan sesuatu yang salah. Saya mendukung kepolisian maupun penyelenggara pemilu untuk tidak menjadi alat bagi orang yang saat ini memegang kekuasaan, dan jangan sampai ada krimiminalisasi, intimidasi terhadap tindakan-tindakan yang tidak melanggar hukum," ujarnya.
Lebih lanjut, gerakan tamasya Al Maidah itu tidak bertentangan dengan pasal 131 UU Nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Dalam UU tersebut, dijelaskan masyarakat boleh berpartisipasi dalam Pilkada guna mendukung kelancaran penyelenggarakan pemilu.
"Jadi jangan di manipulasi ketentuan UU itu, ketentuan itu bukan berarti larangan masyarakat untuk berpartisipasi mensukseskan Pilkada Jakarta," pungkasnya.
Sebelumnya, gerakan Tamasya Al Maidah sempat batal lantaran kawatir dapat mengganggu kondisi pelaksanaan pencoblosan.
Menurut Ketua Gema Jakarta Ahmad Lutfi Fathullah, selaku penyelenggara Tamasya Al-Maidah, pihaknya khawatir para peserta tamasya terpancing emosi dan berujung pada benturan massa yang tidak terkontrol.
Namun, ketua panitia Tamasya Al Maidah Ansufri Idrus Sambo menjelaskan tujuan pengawalan seluruh TPS di Jakarta itu untuk meminimalisir upaya kecurangan-kecurangan yang terjadi. sskaligus sebagai ajang silaturahmi bagi umat muslim di tanah air.
Menurutnya kehadiran peserta tamasya ini bukan untuk menggantikan aparat keamanan yang telah ditugaskan menjaga proses pemilihan di seluruh TPS di Jakarta. Namun hanya sebatas pemantau proses pencoblosan dan sekaligus sebagai ajang bertamasya ke wilayah-wilayah di Jakarta.
"Jadi tidak perlu merasa khawatir. Masa melihat-lihat tidak boleh. Kita silaturhim masak tidak boleh," ujar Ansufri saat ditemui di masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4). (rmol) [Ummatuna/Apikepol]
Menurutnya, langkah tersebut merupakan cara untuk mengawal proses pencobolosan dari upaya kecurangan yang dilakukan oknum tertentu.
"Tamasya Al Madiah itu hanya datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk mengawasi jalannya pencoblosan. Menurut saya itu tidak ada yang salah ya. Sepanjang tidak ada anjuran yang melanggar hukum, tidak ada masalah," ujarnya saat ditemui seusai deklarasi tim reaksi cepat ACTA di Hotel Ibis, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4).
Politisi Partai Gerindra itu juga menghimbau agar pihak keamanan dan penyelenggara pemilu tidak melakukan intimidasi terhadap gerakan yang tidak melawan hukum. Terlebih gerakan tersebut dituding sebagai upaya provokasi. Menurutnya gerakan tamasya Al Maidah jauh dari kata provokasi.
"Provokasi itu ajakan untuk melakukan sesuatu yang salah. Saya mendukung kepolisian maupun penyelenggara pemilu untuk tidak menjadi alat bagi orang yang saat ini memegang kekuasaan, dan jangan sampai ada krimiminalisasi, intimidasi terhadap tindakan-tindakan yang tidak melanggar hukum," ujarnya.
Lebih lanjut, gerakan tamasya Al Maidah itu tidak bertentangan dengan pasal 131 UU Nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Dalam UU tersebut, dijelaskan masyarakat boleh berpartisipasi dalam Pilkada guna mendukung kelancaran penyelenggarakan pemilu.
"Jadi jangan di manipulasi ketentuan UU itu, ketentuan itu bukan berarti larangan masyarakat untuk berpartisipasi mensukseskan Pilkada Jakarta," pungkasnya.
Sebelumnya, gerakan Tamasya Al Maidah sempat batal lantaran kawatir dapat mengganggu kondisi pelaksanaan pencoblosan.
Menurut Ketua Gema Jakarta Ahmad Lutfi Fathullah, selaku penyelenggara Tamasya Al-Maidah, pihaknya khawatir para peserta tamasya terpancing emosi dan berujung pada benturan massa yang tidak terkontrol.
Namun, ketua panitia Tamasya Al Maidah Ansufri Idrus Sambo menjelaskan tujuan pengawalan seluruh TPS di Jakarta itu untuk meminimalisir upaya kecurangan-kecurangan yang terjadi. sskaligus sebagai ajang silaturahmi bagi umat muslim di tanah air.
Menurutnya kehadiran peserta tamasya ini bukan untuk menggantikan aparat keamanan yang telah ditugaskan menjaga proses pemilihan di seluruh TPS di Jakarta. Namun hanya sebatas pemantau proses pencoblosan dan sekaligus sebagai ajang bertamasya ke wilayah-wilayah di Jakarta.
"Jadi tidak perlu merasa khawatir. Masa melihat-lihat tidak boleh. Kita silaturhim masak tidak boleh," ujar Ansufri saat ditemui di masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4). (rmol) [Ummatuna/Apikepol]