Na'udzubillah... Jika Mati Djan Faridz Rela Tak Dishalati Hanya Demi Dukung Ahok
Umatuna.com - Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta, Djan Faridz mendukung mati-matian pasangan Ahok-Djarot di Pilgub DKI Jakarta. Dukungannya juga tak tanggung-tanggung, dia rela jenazahnya tidak disalati di masjid ketika meninggal nanti. Tentu saja omongan Djan menimbulkan pro dan kontra, khususnya di dunia maya.
Gegara Pilkada DKI Jakarta, banyak orang yang bertindak aneh-aneh dan di luar batas. Tapi, mungkin maksud ucapan Djan itu untuk menunjukkan keseriusannya mendukung pasangan calon nomor urut dua. Meski harusnya tidak sampai begitu amat. Apalagi persoalan soal spanduk penolakan mensalati jenazah pendukung Ahok-Djarot yang tempo hari tersebar di sebagian kecil mushala dan masjid di Ibu Kota sudah mereda. Spanduk juga ada yang dicopot.
Djan melontarkan omongan itu di depan ibu-ibu pengajian saat menghadiri acara "Jakarta Berselawat" di Gedung Olahraga Ciracas, Jakarta Timur, kemarin. Dia mengaku sudah bulat mendukung pasangan Ahok-Djarot. Apapun risikonya, dia siap menanggung konsekuensi. Bahkan, dia rela jika mati nanti jenazahnya tidak disalati. "Saya ikhlas kalau meninggal nggak disalati," kata Djan.
Pernyataannya ini disampaikan karena dia resah belakangan ini muncul seruan untuk tidak mensalatkan jenazah para pendukung Ahok-Djarot. Apalagi seruan itu disampaikan secara terang-terangan lewat spanduk yang dipasang di sejumlah masjid di Jakarta. "Yang salati nanti ibu-ibu saja ya. Mau nggak? Kalau mau, saya nggak takut," ucap Djan dengan nada becanda.
Karena keputusannya mendukung Ahok-Djarot, dia mengaku mendapat berbagai tekanan. Termasuk mempengaruhi pekerjaannya. Namun, Djan tidak menyebut secara pasti pekerjaan apa yang dimaksud. "Perbedaan pendapat bikin proyek saya dicoret. Saya ikhlas. Saya yakin Allah bantu saya karena saya berjuang untuk umat Islam," ungkapnya.
Djan lantas mengimbau warga menggunakan hak pilihnya pada pencoblosan putaran kedua, 19 April mendatang. Dia berharap, pendukung Ahok-Djarot tidak takut terhadap intimidasi dan berbagai ancaman. Sebab warga DKI bebas menentukan haknya untuk memilih pemimpin.
Djan menambahkan, jika ingin menjadi pemimpin, jangan menggunakan cara tidak terpuji, seperti fitnah. Dia mengibaratkan menggaet suara warga Jakarta layaknya merayu wanita cantik. Merayu wanita dengan memberikan informasi yang sesat pula. "Masa mau merebut pacar orang pakai fitnah? Nggak benar itu. Ngaco. Nih Djan Faridz ikhlas mati nggak disalati," ujarnya mengulangi.
Netizen pro dan kontra. Ada yang menyayangkan, ada pula yang menilai pernyataan Djan hanya sebatas ingin menunjukkan keseriusannya mendukung Ahok-Djarot. Di Twitter, akun @MentengBorn menyayangkan. "Careful what you wish for," cuitnya. "Astaghfirullah, itu kalau ngomong kok ga di-filter dulu toh. Semoga Allah memberi hidayah kepadamu Pak Djan Faridz," cuit @imamrustandi.
Akun @YatSuryaningrat bertanya keseriusan Djan Faridz. "Seriusss lu Djan? Sebusuk-busuknya penjahat muslim pasti pengen kalo matinya ada yang nyolatin. Elu sebenarnya muslim bukan sih?" kicaunya. Akun @gussadewa mengingatkan. "Ucapanmu juga doa buatmu Djan, Allah mendengar dan malaikat mencatatnya," cuitnya, dibalas @alim1010. "Nantang azab dari langit orang ini... Na'udzubillah..."
Meski demikian, banyak pula yang mendukung Djan. "Pilihan yang bener, kalo udah jadi jenasah itu urusan orang yang masih hidup, disalatin atau kagak gak ngaruh untuk yang sudah wafat," cuit @Toni_Romdoni, "Terus pak berjuang demi keadilan Jakarta. Terimakasih," cuit @jouysye_dirk. Akun @samsudinudin414 menimpali. "Memilih itu hak asasi. Kalau ada yang ngelarang berarti dia bukan warga bhinneka tunggal ika." (rmol) [Ummatuna/Apikepol]
Gegara Pilkada DKI Jakarta, banyak orang yang bertindak aneh-aneh dan di luar batas. Tapi, mungkin maksud ucapan Djan itu untuk menunjukkan keseriusannya mendukung pasangan calon nomor urut dua. Meski harusnya tidak sampai begitu amat. Apalagi persoalan soal spanduk penolakan mensalati jenazah pendukung Ahok-Djarot yang tempo hari tersebar di sebagian kecil mushala dan masjid di Ibu Kota sudah mereda. Spanduk juga ada yang dicopot.
Djan melontarkan omongan itu di depan ibu-ibu pengajian saat menghadiri acara "Jakarta Berselawat" di Gedung Olahraga Ciracas, Jakarta Timur, kemarin. Dia mengaku sudah bulat mendukung pasangan Ahok-Djarot. Apapun risikonya, dia siap menanggung konsekuensi. Bahkan, dia rela jika mati nanti jenazahnya tidak disalati. "Saya ikhlas kalau meninggal nggak disalati," kata Djan.
Pernyataannya ini disampaikan karena dia resah belakangan ini muncul seruan untuk tidak mensalatkan jenazah para pendukung Ahok-Djarot. Apalagi seruan itu disampaikan secara terang-terangan lewat spanduk yang dipasang di sejumlah masjid di Jakarta. "Yang salati nanti ibu-ibu saja ya. Mau nggak? Kalau mau, saya nggak takut," ucap Djan dengan nada becanda.
Karena keputusannya mendukung Ahok-Djarot, dia mengaku mendapat berbagai tekanan. Termasuk mempengaruhi pekerjaannya. Namun, Djan tidak menyebut secara pasti pekerjaan apa yang dimaksud. "Perbedaan pendapat bikin proyek saya dicoret. Saya ikhlas. Saya yakin Allah bantu saya karena saya berjuang untuk umat Islam," ungkapnya.
Djan lantas mengimbau warga menggunakan hak pilihnya pada pencoblosan putaran kedua, 19 April mendatang. Dia berharap, pendukung Ahok-Djarot tidak takut terhadap intimidasi dan berbagai ancaman. Sebab warga DKI bebas menentukan haknya untuk memilih pemimpin.
Djan menambahkan, jika ingin menjadi pemimpin, jangan menggunakan cara tidak terpuji, seperti fitnah. Dia mengibaratkan menggaet suara warga Jakarta layaknya merayu wanita cantik. Merayu wanita dengan memberikan informasi yang sesat pula. "Masa mau merebut pacar orang pakai fitnah? Nggak benar itu. Ngaco. Nih Djan Faridz ikhlas mati nggak disalati," ujarnya mengulangi.
Netizen pro dan kontra. Ada yang menyayangkan, ada pula yang menilai pernyataan Djan hanya sebatas ingin menunjukkan keseriusannya mendukung Ahok-Djarot. Di Twitter, akun @MentengBorn menyayangkan. "Careful what you wish for," cuitnya. "Astaghfirullah, itu kalau ngomong kok ga di-filter dulu toh. Semoga Allah memberi hidayah kepadamu Pak Djan Faridz," cuit @imamrustandi.
Akun @YatSuryaningrat bertanya keseriusan Djan Faridz. "Seriusss lu Djan? Sebusuk-busuknya penjahat muslim pasti pengen kalo matinya ada yang nyolatin. Elu sebenarnya muslim bukan sih?" kicaunya. Akun @gussadewa mengingatkan. "Ucapanmu juga doa buatmu Djan, Allah mendengar dan malaikat mencatatnya," cuitnya, dibalas @alim1010. "Nantang azab dari langit orang ini... Na'udzubillah..."
Meski demikian, banyak pula yang mendukung Djan. "Pilihan yang bener, kalo udah jadi jenasah itu urusan orang yang masih hidup, disalatin atau kagak gak ngaruh untuk yang sudah wafat," cuit @Toni_Romdoni, "Terus pak berjuang demi keadilan Jakarta. Terimakasih," cuit @jouysye_dirk. Akun @samsudinudin414 menimpali. "Memilih itu hak asasi. Kalau ada yang ngelarang berarti dia bukan warga bhinneka tunggal ika." (rmol) [Ummatuna/Apikepol]