Peserta Tamasya Al-Maidah Pakai Modal Sendiri Dan Tak Akan Lakukan Intimidasi
Umatuna.com - Ketua Panitia Tamasya Al-Maidah Ansufri Idrus Sambo menegaskan para peserta Tamasya Al Madiah dari luar kota datang dengan modal pribadi.
Pihaknya juga tidak mengelar pengumpulan dana untuk akomodasi para peserta Tamasya Al Madiah.
Menurutnya, kedatangan peserta Tamasya ke Jakarta pada 19 April 2017 mendatang dibekali niat untuk mengawal Pilkada DKI Jakarta dari kecurangan. Terlebih Jakarta merupakan cerminan dari Indonesia.
"Mereka masing-masing dana sendiri. Mereka datang dengan kendaraan mereka, dengan uang mereka. Nanti tinggal kita koordinasikan untuk menempatkan di mana tempat merkea. Kita akan ambil orang setempat untuk sambut mereka," ujar Ansufri saat ditemui di masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4).
Ansufri menambahkan, peserta Tamasya yang datang dari luar kota akan diarahkan ke seluruh Tempat Pemilihan Suara (TPS). Hal itu sebagai cara untuk meminimalisir kecurangan dalam proses pencoblosan sekaligus sebagai ajang tamasya dan silaturahmi dengan masyarakat Jakarta.
Jika menemukan indikasi kecurangan, sambung Ansufri, para peserta tidak akan melakukan tindakan anarkis. Para peserta bakal mengabadikan bentuk kecurangan tersebut sebagai bukti yang akan diberikan kepada Badan Pengawas Pemilu.
"Kalau misalnya ada apa-apa kita bisa foto. Kita nggak akan langsung di TPS, mungkin 20 meter, mungkin 30 meter, yang penting melihat keadaan, berdoa, memohon supaya diberi keamanan," ujarnya.
Lebih lanjut Ansufri membantah jika pengalangan massa di seluruh TPS di Jakarta merupakan upaya untuk mengintimidasi pemilih terhadap pasangan calon tertentu. Menurutnya, hal tersebut sangat jauh dari yang dibayangkan. Kehadiran para peserta Tamasya Al Madiah hanya untuk mengawal proses pemilihan Pilkada DKI Jakarta.
Pihaknya juga menjamin, peserta tamasya tidak akan melakukan tindakan anarkis kepada pemilih. Hal tersebut bisa dibuktikan dalam aksi damai yang pernah berlangsung beberapa kali di Jakarta.
"Silakan saja dibuktikan di lapangan nanti. Apakah ada intimidasi," tandasnya.
Sebelumnya, gerakan Tamasya Al Maidah sempat batal lantaran kawatir dapat mengganggu kondisi pelaksanaan pencoblosan. Menurut Ketua Gema Jakarta Ahmad Lutfi Fathullah, selaku penyelenggara Tamasya Al-Maidah, pihaknya khawatir para peserta tamasya terpancing emosi dan berujung pada benturan massa yang tidak terkontrol.
"Jadi lebih baik orang Jakarta nanti setelah mencoblos jangan pulang. Tapi tunggu untuk mengawasi di situ sampai selesai," ujar Lutfi kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana juga sempat memberi himbauan agar gerakan Tamasya Al-Maidah tidak dilakukan. Pasalnya disetiap TPS sudah ada pihak kemanan dan pihak yang memantau proses pencoblosan. (rmol) [Ummatuna/Apikepol]
Pihaknya juga tidak mengelar pengumpulan dana untuk akomodasi para peserta Tamasya Al Madiah.
Menurutnya, kedatangan peserta Tamasya ke Jakarta pada 19 April 2017 mendatang dibekali niat untuk mengawal Pilkada DKI Jakarta dari kecurangan. Terlebih Jakarta merupakan cerminan dari Indonesia.
"Mereka masing-masing dana sendiri. Mereka datang dengan kendaraan mereka, dengan uang mereka. Nanti tinggal kita koordinasikan untuk menempatkan di mana tempat merkea. Kita akan ambil orang setempat untuk sambut mereka," ujar Ansufri saat ditemui di masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4).
Ansufri menambahkan, peserta Tamasya yang datang dari luar kota akan diarahkan ke seluruh Tempat Pemilihan Suara (TPS). Hal itu sebagai cara untuk meminimalisir kecurangan dalam proses pencoblosan sekaligus sebagai ajang tamasya dan silaturahmi dengan masyarakat Jakarta.
Jika menemukan indikasi kecurangan, sambung Ansufri, para peserta tidak akan melakukan tindakan anarkis. Para peserta bakal mengabadikan bentuk kecurangan tersebut sebagai bukti yang akan diberikan kepada Badan Pengawas Pemilu.
"Kalau misalnya ada apa-apa kita bisa foto. Kita nggak akan langsung di TPS, mungkin 20 meter, mungkin 30 meter, yang penting melihat keadaan, berdoa, memohon supaya diberi keamanan," ujarnya.
Lebih lanjut Ansufri membantah jika pengalangan massa di seluruh TPS di Jakarta merupakan upaya untuk mengintimidasi pemilih terhadap pasangan calon tertentu. Menurutnya, hal tersebut sangat jauh dari yang dibayangkan. Kehadiran para peserta Tamasya Al Madiah hanya untuk mengawal proses pemilihan Pilkada DKI Jakarta.
Pihaknya juga menjamin, peserta tamasya tidak akan melakukan tindakan anarkis kepada pemilih. Hal tersebut bisa dibuktikan dalam aksi damai yang pernah berlangsung beberapa kali di Jakarta.
"Silakan saja dibuktikan di lapangan nanti. Apakah ada intimidasi," tandasnya.
Sebelumnya, gerakan Tamasya Al Maidah sempat batal lantaran kawatir dapat mengganggu kondisi pelaksanaan pencoblosan. Menurut Ketua Gema Jakarta Ahmad Lutfi Fathullah, selaku penyelenggara Tamasya Al-Maidah, pihaknya khawatir para peserta tamasya terpancing emosi dan berujung pada benturan massa yang tidak terkontrol.
"Jadi lebih baik orang Jakarta nanti setelah mencoblos jangan pulang. Tapi tunggu untuk mengawasi di situ sampai selesai," ujar Lutfi kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana juga sempat memberi himbauan agar gerakan Tamasya Al-Maidah tidak dilakukan. Pasalnya disetiap TPS sudah ada pihak kemanan dan pihak yang memantau proses pencoblosan. (rmol) [Ummatuna/Apikepol]