Canggihnya Penemuan Listrik Kedondong Naufal dari Aceh, Layak Dapat Apresiasi dari Istana








Awalnya saya merasa inovasi listrik kedondong itu biasa-biasa saja. Prinsipnya sederhana: dua logam yang masuk dalam kategori deret volta punya perbedaan potensial. Dengan demikian, dalam bahasa awam: ada listrik di situ. Tinggal diberikan zat asam yang menghubungkan keduanya, maka sah sudah statusnya sebagai “pembangkit listrik”.

Agar lebih paham, tengok batere. Bagian positifnya adalah logam “x”, bagian negatif menggunakan logam “y”. Di dalamnya ada zat asam. Si “x” ini ada di bagian kiri dalam deret volta. Si “y” ada di bagian kanan. Secara alami “x” lebih positif dari “y”. Pasang di alat elektronik, maka alatnya berfungsi, karena terjadi aliran listrik dari “x” ke alat (maka hiduplah itu alat) lalu ke “y”.

Tenaga gerak listriknya sendiri dari mana? Si “x” dan si “y” hanyalah penyalur. Deposit tenaga atau energi datang dari zat asam.

Pada akhirnya deposit tenaga itu akan habis. Batere menjadi soak. Ada jenis batere yang begitu soak langsung mati. Ada jenis yang bisa diisi ulang (recharge, energinya dipulihkan). Contohnya batere hape anda. Kalau di kendaraan bermotor ya aki. Ketika sudah mencapai siklus isi ulang ke sekian kali, pada akhirnya batere/aki akan kehilangan daya simpan energinya juga. Mengapa? Tanya ahli kimia! Hehehe…

Nah, di titik inilah saya melihat apa yang dihasilkan si Naufal (Naufal, ya, namanya?) adalah sebuah inovasi. Ia MENEMUKAN pemanfaatan medium zat asam dari mahluk hidup! Logam-logam yang bocah ini gunakan memang sudah ditahbiskan kimiafisikawan Alessandro Volta 200 tahun lalu sebagai penghasil potensial listrik (deret volta), dan semua produsen batere “tunduk” pada hukum deret volta itu, tetapi memanfaatkan zat asam dari mahluk hidup (pohon) rasa-rasanya baru kali ini terjadi.

Lebih dari sekedar menemukan bahwa produksi listrik bisa dari pohon kedondong, Naufal telah menemukan pembangkit energi terbarukan dan bersifat perpetual (terus-menerus, selama pohonnya masih hidup). Naufal, dari yang saya baca, sampai menentukan pada taraf berapa mata lampu sebuah pohon kedondong bisa “disadap” energi listriknya. Anak ini jenius (!). Dia berpikir melebihi dari sekedar “bagaimana mengambil energi”, namun “bagaimana sumber energinya bisa terus berproduksi”. Bagaimana pun juga, kalau terlalu banyak energinya disadap, si pohon bisa kekurangan energi untuk menopang kehidupannya sendiri.

Pada tahap aplikasi, inovasi Naufal ini bisa dahsyat. Bila sekarang baru pohon kedondong yang berhasil disadap energinya, tidak menutup kemungkinan spesies pohon lain di berbagai hutan bisa juga diperlakukan sama. Tentara yang sedang bergerilya di hutan bisa ngecas handy talky di pohon. Penerang jalan yang membelah hutan yang belum terjangkau jaringan listrik bisa dibuat dengan dasar inovasi ini. BTS seluler di pedalaman yang sulit listrik bisa beroperasi. Do you imagine that? Itu baru pada tingkat pemanfaatan produksi listrik secara langsung. Coba anda bayangkan, dengan inovasi Naufal ini, pohon-pohon di mana pun mereka tumbuh, dapat menjadi radar? Can you imagine?

This boy is a genius!

sumber : ngelmu



[M.Bersatu/apik.apikepol.com]

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: