Mimpi Menjadi Kapolda Untuk Takbir Keliling
Mimpi saya, andaikan menjadi Kapolda, terkait Takbir Keliling, bukan karena saya muslim, namun semata-mata ingin berbuat untuk rakyat sebaik-baiknya. Saya pikir, Takbir Keliling bukanlah kegiatan yang harus ditakutkan. Takbir Keliling bisa ditata, dikemas dengan berbagai kreativitas dan diamankan. Takbir Keliling adalah ungkapan kecintaan umat Islam untuk Sang Khalik, yang perlu difasilitasi.
Saya pikir, demo besar-besaran saja bisa diatur, dikanalisasi dan diamankan. Ketika rombongan VVIP lewat di tengah kepadatan lalu lintas, juga bisa dikendalikan oleh aparat dengan menghentikan kendaraan masyarakat di pintu ke luar dan masuk tol serta di persimpangan jalan, untuk jalan VVIP. Untuk keamanan dan ketertiban kegiatan di kota, aparat bisa piawai mengawalnya. Takbir Keliling tentu bisa juga diamankan dan ditertibkan.
Takbir Keliling sangat jelas bentuk kegiatannya dibanding dengan unjuk rasa. Sebagai bentuk ibadah umat Islam, dalam mengumandangkan puji-pujian untuk Sang Khalik, tentu tertib. Takbir Keliling merupakan kegiatan keagamaan yang sudah membudaya. Selama ini, Takbir Keliling juga tidak ada masalah serius. Kalau toh ada ekses negatip paling masalah ketertiban dalam berlalu lintas yang bisa diperbaiki dengan aturan.
Mimpi menjadi Kapolda mendorong berpikir positif. Bagaimana caranya, Takbir Keliling di samping bisa menumbuhkan pribadi dan masyarakat beragama yang berakhlak mulia, juga ditata sebagai kegiatan yang menyemarakkan kota dan wilayah. Bagi umat Islam tentu memiliki keyakinan, Takbir Keliling yang berjalan tertib akan memberikan barokah kepada kota dan isinya.
Saya merenung, teringat Tribrata. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. Bisa nggak andaikan saya Kapolda mewujudkan dan mengimplementasikan dalam Takbir Keliling? Bagaimana melindungi, mengayomi dan melayani umat Islam untuk melakukan kegiatan keagamaannya?
Saya berpikir, unjuk rasa di tengah padatnya kegiatan rakyat saja tidak masalah. Takbir Keliling memacetkan Lalin? Dibanding jika ada unjuk rasa, saya pikir malam takbiran kepadatan kendaraan jelas jauh berkurang. Sebagian masyarakat mudik. Jadi mengapa mesti takut macet dan mengganggu Kamtibmas? Insya Allah dengan niat baik, tentu bisa diatur, ditata dan diamankan. Saya mengimpikan dan membayangkan sebagai Kapolda. Saya akan berkoordinasi dengan Gubernur Kepala Daerah. Petunjuk yang bisa diberikan kepada staf untuk dijabarkan dalam SOP antara lain:
1. Kepolisian bekerja sama dengan seluruh unsur Pemerintahan Daerah, memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan dan bantuan kegiatan Takbir Keliling di wilayah.
2. Umat Islam yang akan melakukan Takbir Keliling agar memberitahukan kepada aparat Kepolisian, agar dapat diberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan, bantuan dan pengaturan.
3. Iring-iringan kendaraaan dalam bentuk kolone terpimpin, maksimal satu kolone 7 kendaraan. Apabila satu wilayah lebih dari satu kolone, harus diatur pemberangkatannya dengan interval waktu yang aman.
4. Route dikoordinasikan agar lalu lintas tertib, dan diberikan pengamanan route sebagaimana pengamanan VVIP, mengingat kolone tersebut melakukan puji-pujian kepada Sang Khalik.
5. Jenis kendaraan dan tata cara naik kendaraan sesuai aturan demi keamanan. Kolone berangkat dengan pengawalan kepolisian, setelah kolone siap dan tertib.
6. Jumlah kolone Takbir Keliling disesuaikan dengan situasi dan kondisi kota dan wilayah serta ketersediaan atau kemampuan aparat Kepolisian dalam mengawal.
7. Hal-hal yang bersifat tehnis di lapangan diatur dan dilaksanakan sesuai Protap.
Apabila antara umat Islam dan Kepolisian bisa saling memahami, saya pikir tidak ada masalah. Takbir Keliling bisa dikemas sebagai acara keagamaan sekaligus bisa sebagai acara budaya. Kehidupan malam Idul Fitri disemarakkan dengan Takbir Keliling yang diatur dan teratur. Kendaraan dihias, pakaian indah, lantunan puji-pujian untuk Sang Khalik tertib dan syahdu membahana, membungkam suara dan pikiran kotor.
Sesungguhnya, banyak kreativitas bentuk Takbir Keliling. Mencermati pemberitaan media, Takbir Keliling yang penuh kreativitas ada di daerah Jawa Tengah. Berbagai macam kostum dan peralatan yang dibawa beraneka ragam. Takbir Keliling dikemas dengan berbagai gambaran kejayaan agama Islam pada masa kerajaan Demak dan Majapahit. Tercatat, di Yogya pernah ada Takbir Keliling yang dipertandingkan merebutkan piala Walikota Yogya.
Sayang, mimpi saya menjadi Kapolda jelas tidak mungkin terwujud. Usia sudah menjelang 70-an. Namun masih ada harapan, siapa tahu mimpi saya bisa menggugah anak cucu, dikelak kemudian hari. Membuat Takbir Keliling menjadi kegiatan keagamaan sekaligus budaya yang menarik. Melindungi, mengayomi dan melayani rakyat, memang bukan hal yang mudah. Mudah diucap, sulit dilakukan namun hal tersebut sebagai tugas yang sangat mulia, bagi siapapun yang melakukannya. Insya Allah.
Prijanto
Wakil Gubernur DKI Jakarta 2007-2012
*Tulisan ini sudah dimuat di RMOL Jakarta.
[rmol]
[M.Bersatu/apik.apikepol.com]
“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i]