Benarkah Allah Mencintai Orang Kafir yang Baik?









  Yes  Muslim  - Oleh: KH Muhammad Idrus Ramli

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلهَِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (18)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?”, tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (QS al-Maidah : 18).
Ayat di atas memberikan beberapa pesan:
Pertama, orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Maksud pernyataan Yahudi dan Nasrani tersebut, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang tua yang memperlakukan anaknya, yaitu tidak akan menyiksa dan mengazab mereka, karena mereka adalah para kekasih Allah
Kedua, Allah menolak pengakuan mereka, bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, dengan berfirman, “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” Maksudnya, “(Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya.”
Ketiga, ayat di atas menjadi dalil yang tegas bahwa Allah tidak mencintai orang-orang kafir yang berbuat baik. Karena seandainya Allah mencintai mereka, pasti Allah tidak akan mengazab mereka di akhirat. Dalam kitab-kitab tafsir dikemukakan kisah yang unik dari seorang ulama salaf, yaitu Imam al-Sibli, ulama shufi terkemuka dan murid al-Junaid al-Baghdadi, sebagai berikut:
حكى عن الشبلي رضى الله عنه أنه كان إذا لبس ثوبًا جديدًا مزقه، فأراد ابن مجاهد أن يعجزه بمحضر الوزير، فقال له: أين تجد في العلم إفساد ما ينتفع به؟ فقال له الشبلي: أين في العلم: فَطَفِقَ مَسْحاً بِالسُّوقِ وَالْأَعْناقِ ؟ فسكت، فقال له الشبلي: أنت مقرىء عند الناس، فأين في القرآن: إن الحبيب لا يعذب حبيبه؟ فسكت ابن مجاهد، ثم قال: قل يا أبا بكر، فقرأ له الشبلي قوله تعالى وَقالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصارى نَحْنُ أَبْناءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ، فقال ابن مجاهد: كأني والله ما سمعتها قط. هـ
Diceritakan dari al-Syibli apabila ia memakai baju baru, maka akan merobeknya terlebih dahulu. Lalu Imam Ibnu Mujahid ingin menampakkan kelemahan al-Syibli di hadapan Menteri. Ibnu Mujahid berkata kepada al-Syibli, “Di mana Anda dapati dalam ilmu agama dalam hal merusak sesuatu yang bermanfaat?” Al-Syibli berkata, “Di mana pengetahuanmua terhadap firman Allah, “Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.” (QS Shad : 33).
Akhirnya Ibnu Mujahid terdiam dengan jawaban al-Syibli yang luar biasa. Lalu al-Syibli bertanya kepada Ibnu Mujahid, “Kamu menurut orang-orang ahli dalam bidang ilmu al-Qur’an. Lalu di mana dalam al-Qur’an bahwa kekasih tidak akan mengazab kekasihnya?” Ternyata Ibnu Mujahid diam tidak bisa menjawab.
Lalu Ibnu Mujahid berkata, “Katakanlah wahai Abu Bakar (al-Syibli)”. Lalu al-Syibli membacakan firman Allah ta’ala, ““Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (QS al-Maidah : 18). Mendengar jawaban al-Syibli, Ibnu Mujahid berkata, “Demi Allah saya seperti belum pernah mendengar ayat ini.” (Ibnu Ajibah al-Hasani, al-Bahr al-Madid juz 2 hlm 23).
Kisah di atas dikutip oleh hampir semua kitab-kitab tafsir. Tetapi sebagian besar tidak menyebutkan nama pemiliki kisah di atas, kecuali Ibnu Ajibah dalam tafsir al-Bahr al-Madid dan al-Qasimi dalam Mahasin al-Ta’wil. Bahkan all-Hafizh Ibnu Katsir, setelah mengutip kisah di atas dalam tafsirnya, memberikan pujian dan penguatan dengan hadits berikut ini:
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَصَبِيٍّ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّهُ الْقَوْمَ خَشِيَتْ عَلَى وَلَدِهَا أَنْ يُوطَأَ، فَأَقْبَلَتْ تَسْعَى وَتَقُولُ: ابْنَيِ ابْنِي، وَسَعَتْ فَأَخَذَتْهُ فَقَالَ الْقَوْمُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا كَانَتْ هَذِهِ لتلقي ولدها في النار. قال: فَخَفَّضَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” وَلاءُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لا يُلْقِي حَبِيبَهُ فِي النَّارِ
Sahabat Anas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama beberapa orang sahabatnya, sedangkan seorang bocah kecil ada di tengah jalan. Begitu ibunya melihat orang-orang yang akan lewat, ia khawatir, mereka menginjak anaknya, lalu ia menghampiri dengan berjalan dan berkata, “Anakku, anakku”, dan mengambil anaknya. Lalu orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, ibu anak ini sungguh tidak akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendiamkan mereka. Lalu bersabda: “Tidak, Allah azza wa jalla tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka.”
(Hadit shahih riwayat Ahmad [12018], al-Bazzar [3476 Kasyf al-Astar], Abu Ya’la [3747] dan al-Hakim juz 1 hlm 58 dan juz 4 hlm 177).
Walhasil, orang-orang kafir yang baik, tidak dicintai Allah dan bukan kekasih Allah. Karena Allah tidak akan mengazab orang-orang yang dicintai-Nya. Sedangkan orang-orang kafir pasti diazab di neraka, sebaik apapun perbuatan mereka.
*Pengasuh Ponpes Sidogiri




Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya  @Tahukah.Anda.News

republished by Yes Muslim - Portal Muslim Terupdate !





[Yess/Apikepol]

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i] Benarkah Allah Mencintai Orang Kafir yang Baik? YES MUSLIM

Membicarakan Nikmat Allah termasuk Syukur Nikmat sedangkan melupakan/mengingkarinya merupakan kufur Nikmat (HR. Ahmad)

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: