Rommy Is The Beginning of The End



Oleh Budi Santoso (Pemerhati Politik)

Sebuah pemberitaan yang mengagetkan, mengudara di seantero nusantara. Berita yang menyebut Romahurmuziy atau Rommy sapaan akrabnya telah tertangkap dalam OTT KPK pada Jumat (15/03/18).

Berita ini pun menjadi hangat karena sosok Rommy terkenal sebagai ketua umum partai dan anggota
dari TKN Paslon 01.

Membaca kasus Rommy tidak bisa kita lepaskan hanya sebatas kasus hukum saja yakni korupsi. Variabel yang mengangkat Rommy tidaklah sedikit. Variabel yang paling menarik untuk dikupas adalah mengenai eksistensinya sebagai ketua umum partai islami dan anggota TKN Paslon 01.

Memakai sudut pandang Rocky Gerung dalam teorinya The Beginning Of The End, kasus Rommy membuka banyak kemungkinan yang bakal terjadi dalam konstelasi politik pilpres 2019 yang digelar hanya dalam hitungan hari lagi. Kemungkinan yang bakal terjadi adalah olengnya kapal yang dinahkodai Erick Tohir yang membawa ambisi untuk memenangkan pasangan Joko Widodo dan KH Maruf Amin.



Paling tidak ada empat point kemungkinan yang bakal terjadi jika Rommy benar-benar melakukan
tindakan korupsi, yaitu:

1. Kemungkinan Rommy akan dicap sebagai seorang koruptor. Indonesia terkenal dengan budaya Timurnya yang menjadikan etika dan moral adalah standar tinggi dalam menilai perilaku seseorang.

Ketika Rommy dengan jelas melakukan tindakan korupsi maka ia akan disebut sebagai pelaku amoral.



Sebagai seorang publik figure penyematan kata itu sangatlah buruk, apalagi ia adalah politisi aktif yang tentu jenjang karir politiknya masih panjang.

Selain itu perdebatan seorang mantan korupsi boleh nyaleg pun masih menjadi pembahasan alot. Bisa
saja ke depannya ada aturan tegas yang mengatur siapa pun orang yang terbukti pernah berbuat korupsi maka ia tidak boleh lagi mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan kepala daerah. Why
not?

2. Kemungkinan Rommy akan mengundurkan diri atau dipecat dari posisinya sebagai ketua umum partai PPP. Kalau ini terjadi pasti akan terjadi instabilitas di dalam internal PPP. Dengan dulu Rommy yang belum terjerat OTT KPK saja suara dari PPP terbelah, bagaimana ketika Rommy sudah ditetapkan menjadi tersangka dan tidak lagi menduduki posisi sebagai ketua umum. Ditambah lagi sesepuh PPP KH.

Maimun Zubair justru terlihat mendukung Prabowo di pilpres nanti.

3. Kemungkinan elektabilitas partai akan menurun dan ini sangat membahayakan posisinya untuk bisa lolos dalam Parliamentary Threshold 4 persen. PPP yang mengikrarkan dirinya sebagai partai Islam, seharusnya menjadi contoh dan tauladan dalam kebersihan partainya dari skandal-skandal korupsi. Jika dalam implementasinya justru terbalik, maka kepercayaan masyarakat terhadap partai ini pun dipastikan akan merosot tajam. Dan ini akan sangat berdampak langsung pada perolehan para calegnya di setiap daerah yang dipertandingkan.

4. Kemungkinan stabilitas TKN Paslon 01 akan terganggu. Namun saya rasa dalam hal ini, pengaruhnya relatif kecil, karena masih ada banyak para pengganti yang secara kapasitas dan kapabilitas tidak kalah dengan Rommy. Meskipun begitu tetap tidak bisa dianggap remeh karena bisa jadi dalam tubuh PPP akan semakin tak terkendali akan kemana suara dari para anggota dan simpatisan PPP.

Ujung dari semua itu adalah mulai olengnya kapal yang dinahkodai Erick Tohir ini. Dan ketika kapal ini masih saja dipaksakan untuk terus berlayar maka istilah yang paling tepat dalam situasi ini adalah the beginning of the end (awal dari sebuah akhir). Apa itu? Karamnya Kapal. (*)

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :