Celoteh Tentang Kota Jakarta dan Kaum Munafik
Jakarta ibu kota tercinta, tanahmu menjadi saksi bahwa darah syuhada telah membebaskanmu dari kejamnya penjajah dan para pendusta.
Fatahillah salah satunya, dengan iman mengusir Portugis dari pelabuhan Sunda Kelapa, ia memberinya nama Jayakarta, yang berarti “Kota Kemenangan” yang kita kenal sekarang dengan sebutan Jakarta.
Jadi sungguh tak beretika jika ada yang diamanatkan untuk berkuasa, tapi tak menghargai santri dan ulama. Ingat! Indonesia merdeka bukan dengan teori kosong politikus busuk, tapi dengan usaha dan darah para syuhada.
Sebenarnya tulisan ini merupakan ungkapan rasa kasih sayang, kepada saudara saya yang masih rela menjual agama demi mendukung sang penista.
Jawaban apa kelak yang akan engkau berikan di hadapan Allah atas perbuatanmu itu?
Pertanggungjawaban akhirat sangatlah berat, karena pada akhirnya, hanya ada dua tempat kita kembali, _imma_ surga ataupun neraka.
Rasulullah telah tegas mengatakan bahwa seseorang akan bersama yang ia cinta, lafazhnya:
المرء مع من أحب
“Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya” (HR. Bukhari, 6168 dan Muslim 2640, 2641) Kemudian pada riwayat Tirmidzi ada tambahan “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya pada hari kiamat” (HR. Tirmidzi 3535)
Hadits di atas derajatnya shahih tidak ada keraguan di dalamnya, dan sekarang dua kubu juga telah jelas, yang satu pembela para ulama dan yang kedua pembela sang penista agama.
Kalau secara dalil maka sudah jelas bahwa orang kafir penista agama tempatnya di neraka, apakah anda yang muslim ingin ikut bergabung bersamanya sebagaimana dulu pernah bersama ketika di dunia?
Hakikatnya kami tak punya kuasa untuk menyadarkan anda, namun rasa iba mendorong kami untuk berusaha, menyampaikan pesan dari Allah Ta’ala.
Jadi begini! Mungkin tulisan saya di atas agak kurang tegas dan terkesan puitis. Sekarang saya ingin langsung to the poin saja.
Sebenarnya saya tak heran jika yang mendukung pemimpin kafir plus penista itu adalah orang kristen dan non muslim. Mengapa? Ya karena itu memang kewajiban mereka, Sebagaimana juga kewajiban kita untuk mendukung pemimpin muslim.
Yang menjadi masalah adalah orang mengaku muslim tapi mendukung pemimpin kafir yang jelas-jelas telah menghina agamanya. Itu kira-kira berapa banyak harta haram yang sudah masuk pada tubuhnya sampai-sampai hilang rasa _ghirah_ terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Ente tau gak, bahwa ciri-ciri orang munafik itu adalah mereka yang memilih pemimpin kafir? Kalau sudah tahu alhamdulillah, semoga cepat sadar. Kalau belum tau, ni ana kasih tau. Dengerin ya, karena ini firman Allah Ta’ala:
“Kabarkanlah kepada *orang-orang munafik* bahwa mereka akan *mendapat siksaan yang pedih*, *(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin* dengan *meninggalkan orang-orang mukmin.* Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisā’: 138-139)
Ayatnya jelas, maknanya jelas, tinggal otak kita yang menerimanya jelas atau tidak. Pada ayat di atas sudah tegas dikatakan bahwa ciri-ciri orang munafik adalah memilih pemimpin kafir dan meninggalkan pemimpin mukmin.
Apa yang tertera dalam ayat ini sangat persis dengan apa yang terjadi di Jakarta saat ini, ada dua calon pemimpin, yang satu kafir plus penista dan yang satunya lagi muslim.
Muslim hakiki pasti pilih pemimpin muslim atas dasar perintah Allah Ta’ala, karena perintah-Nya harga mati. Mau diancam, mau dihina, ia tetap pilih pemimpin muslim.
Nah, orang munafik nih yang pilih pemimpin kafir dan meninggalkan pemimpin mukmin. Mereka pilih pemimpin kafir karena cari kekuasaan, kekuatan dan cari isi perut. Tapi Allah dengan tegas berfirman bahwa semua kekuatan itu kepunyaan-Nya.
Jadi umat Islam tak perlu takut, walaupun mereka mengancam dengan kekuatan yang didukung oleh negara-negara besar, sungguh itu tak ada apa-apanya di sisi Allah. Tak lebih dari sayap lalat, semua bisa hancur seketika.
Kita umat Islam Indonesia adalah mayoritas, sudah saatnya kita bangkit, sudah waktunya kita menikmati kemerdekaan kita yang selama ini diinjak-injak dan dizhalimi. Coba bayangkan, lucukan, masak mayoritas selalu salah di mata mereka, ah yang bener aja, sebagaimana minoritas seharusnya mayoritas juga diberi haknya, kan kita kudu adil, nanti kalau umat muslim sudah berjihad bahaya lho.
Kalau seruan jihad sudah dikumandangkan, nanti muncul lagi manusia-manusia seperti Jenderal Sudirman dan Bung Tomo, malah repot nanti para penjajah, jadi alangkah baiknya jika semua ditempuh dengan jalan damai, tak perlu memercik api di lumbung padi.
Jadi intinya bahwa orang munafik itu memilih pemimpin kafir dan meninggalkan pemimpin muslim. Jika tak mau jadi orang munafik maka jangan pilih pemimpin kafir. Udah itu aja! semoga tulisan singkat di atas bermanfaat bagi saya dan umat. Wa billahit taufiq wal hidayah, ahsanallaahu ilaikum, wassalam.
✍ Akhukum Fitra Hudaiya NA - (Cairo, 17 April 2017)
[berdakwah.net/apikepol.com]