FPI Perlu Ajarin Ahoker Berdemokrasi Secara Tertib dan Beradab
Umatuna.com - HARUS jujur diakui bahwa Aksi Bela Islam yang dimotori oleh Habib Rizieq dan sejumlah ulama telah menyuguhkan pendekatan gerakan massa yang solid, santun dan superdamai.
Keberhasilan gerakan bernuansa religi tersebut tidak lepas dari peran besar Front Pembela Islam (FPI) serta ormas Islam lainnya. Tentu membuat rakyat bangga dan memberi simpatik.
Berbeda dengan kelompok loyalis Ahok, yang setiap kali melakukan aksi massa menimbulkan keceman dan menuai cemoohan publik.
Wajah mereka tampak sangar, gemar mengotori jalan dengan sampah, merusak taman, berorasi penuh caci-maki, bertengkar rebutan makanan dan bertindak brutal serta anarkis.
Tidak salah bila muncul saran dari berbagai kalangan agar FPI perlu mengajari loyalis Ahok berdemokrasi secara tertib dan beradab.
Sebab para loyalis kotak-kotak yang selama ini mengklaim pembela Pancasila, konon sangat toleran dan anti radikalisme, terbukti justru sangat bobrok serta memalukan.
Mereka harus berbesar hati untuk belajar lebih banyak dari FPI dan ormas-ormas Islam yang kian hari menunjukan kemampuan serta kualitas dalam berdemokrasi.
Harus disadari, terkadang hikmah dan pelajaran datang dari pihak yang dibenci secara membabi-buta lantaran gelapnya nurani dan kebodohan.
Oleh sebab itu, loyalis Ahok yang sebagian besar adalah kader misionaris dan kaum liberalis, mesti berbuka diri guna memetik pelajaran berdemokrasi secara elegan dan visioner dari FPI.
Terlebih sesama anak bangsa, tentu sangat elok bila bersikap fair dan saling mengakui keunggulan yang positif guna membangun kehidupan berbangsa secara sehat.
Jika tidak segera mengubah perilaku politik dan cara berdemokrasi yang beradab, maka sudah pasti loyalis Ahok akan termarginal dari dinamika kemajuan zaman dan kemajemukan Indonesia.[***]
Faizal Assegaf
Penulis Adalah Ketua Progres 98
(rmoljakarta) [Ummatuna/Apikepol]
Keberhasilan gerakan bernuansa religi tersebut tidak lepas dari peran besar Front Pembela Islam (FPI) serta ormas Islam lainnya. Tentu membuat rakyat bangga dan memberi simpatik.
Berbeda dengan kelompok loyalis Ahok, yang setiap kali melakukan aksi massa menimbulkan keceman dan menuai cemoohan publik.
Wajah mereka tampak sangar, gemar mengotori jalan dengan sampah, merusak taman, berorasi penuh caci-maki, bertengkar rebutan makanan dan bertindak brutal serta anarkis.
Tidak salah bila muncul saran dari berbagai kalangan agar FPI perlu mengajari loyalis Ahok berdemokrasi secara tertib dan beradab.
Sebab para loyalis kotak-kotak yang selama ini mengklaim pembela Pancasila, konon sangat toleran dan anti radikalisme, terbukti justru sangat bobrok serta memalukan.
Mereka harus berbesar hati untuk belajar lebih banyak dari FPI dan ormas-ormas Islam yang kian hari menunjukan kemampuan serta kualitas dalam berdemokrasi.
Harus disadari, terkadang hikmah dan pelajaran datang dari pihak yang dibenci secara membabi-buta lantaran gelapnya nurani dan kebodohan.
Oleh sebab itu, loyalis Ahok yang sebagian besar adalah kader misionaris dan kaum liberalis, mesti berbuka diri guna memetik pelajaran berdemokrasi secara elegan dan visioner dari FPI.
Terlebih sesama anak bangsa, tentu sangat elok bila bersikap fair dan saling mengakui keunggulan yang positif guna membangun kehidupan berbangsa secara sehat.
Jika tidak segera mengubah perilaku politik dan cara berdemokrasi yang beradab, maka sudah pasti loyalis Ahok akan termarginal dari dinamika kemajuan zaman dan kemajemukan Indonesia.[***]
Faizal Assegaf
Penulis Adalah Ketua Progres 98
(rmoljakarta) [Ummatuna/Apikepol]