Mengungkap Kejanggalan dalam Ansor Day Festival







Mengungkap Kejanggalan dalam Ansor Day Festival

Opini Bangsa - Hari Sabtu, 29 April 2017, GP Ansor mengadakan Ansor Day Festival yang bertempat di Aula Maftuchah Yusuf UNJ. Acara ini bertemakan “Millenial Indonesia: Creative, Religious, dan Nationalist” dengan mengundang beberapa artis penghibur seperti Dara the Virgin (Penyanyi), Tomy Babap (Komika), SHYNee (K-Pop Dancer), Waode Heni (Penyanyi), dan Alivo Capella (Grup Nasyid). Acara ini diadakan dalam rangka Hari Lahir GP Ansor yang ke-83 tahun.

Gerakan Pemuda (GP) Ansor adalah organisasi kepemudaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan keagamaan yang berwatak kerakyatan. Gerakan Pemuda Ansor atau disingkat GP Ansor adalah badan otonom di bawah Nahdlatul Ulama (NU).

GP Ansor memiliki 3 Tujuan, yaitu:

1. Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.

2. Menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT.

Sebagai seorang mahasiswa Muslim, sudah seharusnya bagi kami LDK Salim UNJ untuk mendukung acara-acara keIslaman di kampus tercinta. Namun, ada beberapa hal yang membuat kami tidak nyaman setelah memperhatikan dan meneliti agenda tersebut. Tentunya sebagai mahasiswa, kita harus kritis dalam berpikir, apalagi kita berada di kampus intelektual di ibukota Jakarta, yaitu UNJ. Izinkan kami menyampaikan beberapa “kejanggalan” dalam pelaksanaan agenda Ansor Day Festival tersebut baik dari segi konsep maupun kontennya.

Pertama, dilihat dari tema acara, kami menggarisbawahi kata Religius. Sepintas, sesuai dengan tujuan organisasinya. Namun setelah dilihat lebih lanjut pengisi acaranya, layakkah suatu acara bertemakan Religius yang diadakan oleh ormas Islam mengundang artis-artis penghibur semacam itu? Sesuaikah dengan tujuan organisasi mereka? Silahkan Anda simpulkan sendiri.

Kedua, terdapat pernyataan-pernyataan aneh yang keluar dari para pembicara. Seperti pernyataan Ketua GP Ansor: “Ansor siap jadi pelindung kalian. Perempuan keluar malam, tidak memakai jilbab, jangan takut sama Islam-Islam yang radikal yang nyuruh-nyuruh kalian ga boleh keluar malam dan pake jilbab. Kalian bebas berekspresi.”

Mari kita kritisi, tujuan utama dari himbauan bagi wanita untuk tidak berkeliaran di malam hari adalah pengamalan dari hadis Rasulullah yang berbunyi sebagaimana berikut:

“Wanita itu aurat, ketika ia keluar, setan akan memperindahnya” (HR. At Tirmidzi)

Dan terkait jilbab, jelas ini adalah perintah dari Allah SWT dalam Al-Quran yang berbunyi sebagaimana berikut:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)

Bukankah Al-Quran dan Hadis adalah landasan utama dalam agama Islam? Bukankah yang mengadakan acara ini adalah organisasi islam? Lalu mengapa mereka begitu kontra bahkan memberikan label kepada orang-orang yang menyuruh kepada Al-Quran dan Hadits tersebut sebagai Islam Radikal?

Ketiga, acara sebesar ini dengan mengundang pembicara-pembicara besar yang kompeten di bidangnya, dan mengusung tema yang besar dan berat seharusnya menjadi ruang diskusi yang sangat menarik bagi para mahasiswa. Akan tetapi sangat disayangkan, ternyata tidak ada sesi tanya jawab dalam acara ini dengan perkataan dari Moderator: “Saya rasa tidak perlu ada tanya jawab, karena kalian semua orang-orang pintar, jadi sudah paham apa yang sudah disampaikan.”

Bukankah ini merupakan indikasi dari sebuah indoktrinasi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indoktrinasi adalah pemberian ajaran secara mendalam (tanpa kritik) atau penggemblengan mengenai suatu paham atau doktrin tertentu dengan melihat suatu kebenaran dari arah tertentu saja.

Keempat, besarnya acara ini tentu menjamin tersebarluaskannya acara ini ke luar kampus. Namun, banyak sekali respon negatif dari masyarakat Muslim, bahkan banyak pula mahasiswa luar UNJ yang sampai kaget dan menanyakan kebenaran acara tersebut kepada mahasiswa UNJ. Alangkah malu dan tercemarnya nama UNJ akibat diadakannya acara ini.

Pada akhirnya, saya memberikan kebebasan kepada para pembaca untuk menilai apakah agenda tersebut benar-benar mencerminkan nilai-nilai keislaman dan merepresentasikan bahwa Islam itu agama yang toleran dan menghargai perbedaan pendapat? Atau justru sebaliknya. Wallahu a’lam.

Penulis: Mujahid Robbani Sholahudin (Ketua LDK Salim UNJ 2017) [opinibangsa.id / kbn]

[apikepol.com]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: