Pengamat Politik : Kemesraan GNPF-Jokowi Hanya Sesaat







Pertemuan petinggi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Lebarin lalu, Minggu (25/6), memunculkan babak baru perjalanan gerakan kelompok Islam yang sebelumnya 'berseberangan' dengan pemerintah itu.

Pengamat politik Universitas Padjadjaran Muradi berpendapat, kemesraan GNPF-MUI dengan Joko Widodo hanya akan terjadi sesaat. Bila kasus dugaan kriminalisasi yang menimpa ulama dan aktivis selesai, berakhir pula kemesraan itu.

Dia juga memprediksi GNPF-MUI tidak akan merapat ke barisan Jokowi. Dia justru khawatir pemerintah justru nantinya dikendalikan oleh GNPF-MUI. terutama dengan meminta kasus-kasus hukum yang melilit sejumlah aktivis dan ulama diselesaikan. 

Menurut Muradi, pemerintah tidak perlu menganakemaskan GNPF-MUI. "Hanya memang ujungnya mau ke mana. Jangan seolah-olah didikte sama GNPF-MUI, memunculkan persepsi Pak Wiranto terlalu lunak," kata Muradi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (28/6).

Muradi yakin, tujuan GNPF-MUI hanya sebatas pada penyelesaian kasus-kasus dugaan kriminalisasi ulama dan aktivis, termasuk kasus dugaan konten pornografi yang menimpa dewan pembina GNPF Rizieq Shihab.

Bila melihat latar belakang anggota GNPF-MUI, mereka sebagian besar tak mendukung Jokowi-JK pada gelaran Pilpres 2014. 

Karena itu, Muradi mengatakan, mustahil bila Jokowi ingin memanfaatkan kelompok GNPF-MUI sebagai kekuatan politik baru jelang Pilpres 2019.

"Jadi hanya sebatas menenangkan gerakan ini agar semakin tak besar. Mereka ketemu di satu titik yang sama. Target mereka sederhana, kasus Rizieq tak diproses, kasus Al Khaththath tak diproses. Menurut saya tidak cukup baik kalau itu dilakukan (menuruti tuntutan GNPF-MUI)," tuturnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun melihat, datangnya GNPF-MUI ke Istana Negara, bisa menjadi tambahan kekuatan politik baru bagi Jokowi menyongsong Pilpres 2019.

Ubed, panggilan akrab Ubedillah, menyatakan, bila Jokowi bisa merangkul GNPF-MUI, yang vokal selama delapan bulan belakangan ini, dirinya semakin percaya diri menghadapi kontestasi perebutan kursi RI1.

"Jika pertemuan tersebut berhasil 'mendiamkan' sikap kritis GNPF-MUI maka Jokowi mendapat 'gizi politik', yang dikesankan berhasil menyelesaikan polemik dan menarik simpatik umat Islam," tuturnya.

Menurut Ubed, lantaran petinggi GNPF-MUI merupakan orang-orang rasional, mereka akan tetap kritis terhadap setiap kebijakan yang diambil Jokowi, bila dinilai berseberangan dari janji-janjinya.

"Sebagai pilihan rasional, semoga GNPF-MUI masih merawat sikap kritisnya untuk mengambil peran," kata Ubed.

GNPF-MUI yang sedari awal dimotori Pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan Bachtiar Nasir, mencuat menjadi gerakan untuk mendesak pemerintah memproses hukum kasus penodaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Secara konsisten, GNPF-MUI menggelar aksi berjilid sejak November 2016 memint Ahok dibawa ke jalur hukum atas dugaan penodaan agama. Dalam setiap aksinya, kelompok yang dipimpin Rizieq sang orator juga kerap menyinggung Jokowi yang dinilai melilindungi Ahok.

Tujuan mereka tercapai. Ahok dibui dua tahun penjara dan dinilai menoda agama karena mengutip Surat Al Maidah ayat 51 saat berpidato di Kepulauan Seribu akhir September 2016. 

Meski tuntutan mereka berhasil, tak sedikit anggota GNPF-MUI terlilit sejumlah kasus di tengah perjalanan mereka mengawal perkara Ahok.

Mulai dari sejumlah aktivis ditangkap dengan tudahan makar menjelang Aksi Bela Islam 212, pemanggilan Bachtiar dalam kasus dugaan pencucian uang dana Yayasan untuk Semua, penangkapan Sekretaris Jenderal FUI, Muhammad Al Khaththath hingga penetapan Rizieq sebagai tersangka dugaan konten pornografi.

Usai peristiwa-peristiwa hukum yang menjerat ulama dan aktivis, GNPF-MUI membangun komunikasi dengan pemerintah lewat Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam).

Mereka fokus untuk menyelesaikan kasus-kasus hukum yang menjerat aktivis dan ulama serta memperbaiki komunikasi yang tak terjalin baik selama ini. (dtk)


[M.Bersatu/apik.apikepol.com]

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi'i]

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates: